![]() |
Ilustrasi (img: IG Dagelan) |
bersamaislam.com – Kamu cewek single umur 27 tahun ke atas? Kamu cowok yang pengen menikah tapi merasa belum siap memikul tanggung jawab? Atau mungkin kamu adalah seorang jomblo ‘sejati’ yang lagi belajar ilmu pernikahan, tapi malu jika orang lain tau?
Jika jawaban ketiga pertanyaan itu adalah YA, maka tulisan ini dibuat untuk kamu. Kenapa? karena tanpa disadari kamu telah terjangkit penyakit nikaphobia.
Satu ketika ada seorang jomblo-wan nanya ama temannya yang udah merried, “Bro, apa sih enaknya nikah?” | Sambil senyum temennya menjawab, “Bray, menikah itu enaknya cuma 10% aja.” | “Lalu sisanya?” | “90% sisanya eeenaaaaak sekali.”
Di tempat berbeda seorang laki-laki yang baru menikah sebulan dengan wajah amat serius bercerita, “Bro, gue nyesel nikahi si Putri”. Bisa ditebak, temannya yang tau usia pernikahan baru seumur jagung terheran-heran. “Gue nyesel nikahi si Putri baru sekarang, kenapa enggak dari dulu”.
Di lain waktu dalam sebuah pelatihan, seorang pembicara bertanya kepada peserta yang didominasi mahasiswa ngejar dateline skripsi, “Adik-adik sekalian, siapa di antara kalian yang sudah menikah?” Terang aja semua peserta mengangkat kepala, khawatir kalau-kalau sang pembicara salah masuk ruangan. Tapi ternyata, dia meneruskan dengan yakin kalau gak salah undangan.
“Saudaraku, sekalipun kalian telah baik mengerjakan amalan wajib, tak meninggalkan sholat malam, membasahi bibir dengan tilawatil Qur’an, menghidupkan hati dengan dzikir, dan tak memulai hari tanpa dhuha. Ketahuilah, kesempurnaan agamamu masih separuh. Kenapa? karena separuhnya lagi baru kalian dapatkan setelah menikah.”
Emang lagu Noah, gitu. Separuh aku.
Pernyataan itu bukan tanpa dasar. Dari Anas bin Malik ra. ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah kepada Allah pada separuh lainnya. (HR. Al-Baihaqi)
Bro, kita enggak mungkin mangkir kalo ketemu saat-saat tertarik ama lawan jenis. Salurkan aja. Karena itu fitrah. Dan fitrah enggak pernah salah. Yang jadi masalah pas kita tidak menemukan masa ini, apalagi sampai tertarik ama sesama jenis. Naudzubillah.
Jadi bro, orang yang bilang “gue mau fokus kuliah dulu, gue mau meniti karir dulu” dan fokus-fokus yang lain, sebenarnya itu malah #gagalfokus. Tapi ingat, Allah dan Rasul-Nya telah memberi jalan untuk menyalurkan dengan benar, yaitu M E N I K A H.
Pernikahan itu ibadah. Allah tidak pernah menyulitkan hamba-Nya yang mau beribadah. Karena syarat diterimanya setiap ibadah tetap sama: sungguh-sungguh dalam melaksanakannya, niat ikhlas karena Allah, dan sesuai dengan syariat Al-Qur’an dan Hadits. Kalo dah gitu, siap-siaplah dengan kemenangan dan kemudahan yang Allah janjikan.
Emangnya dah pasti orang yang menikah itu lebih mulia dari yang jomblo?
Jawabannya: belum tentu. Tapi kalo menikah dengan cara dan niat yang benar, Insya Allah dia lebih mulia daripada high quality jomblo sekalipun.
Kamu jomblo boleh aja beralasan iman itu adalah nikmat kesendirian. Benar sih, dengan mensyukuri takdir kejombloan, korelasinya adalah bahagia. Tapi kalau dinikmati terus, maka korelasinya adalah terlena. Mau terlena dalam ketidaksempurnaan agama sampai kapan, mblo? Berusaha dunk, bukan malah enggan mempersiapkan pernikahan apalagi sampai phobia.
Nah, apa phobianya?
Pernah ketemu ama orang yang biasa kalau beli buku, difoto, trus dipamerin di medsos? Tapi, pas buku yang dibeli judulnya ‘Pernikahan dari A-Z’, malah disembunyikan karena dianggap aib dan enggak siap jadi korban bully.
Pernah ketemu cewek UGM (Usia Gawat Menikah) kasih kriteria calon suami cuma satu, asal laki-laki. Atau orang yang nganggap tabu, jomblo-ers yang sukanya ngomongin tentang pernikahan?
Kalau jawabannya PERNAH, inilah pengidap nikaphobia.
Pernikahan adalah keindahan. Bener pas walimatul ursy-nya aja, penganten duduk di singgasana seperti Prince and Princess. Setelah itu menderita, diuber-uber tukang katering, ngelunasi sewa gedung ama bayar honor hiburan. <emoticon muncul keringat di dahi>. Padahal, sejak ijab kabul sampe maut memisahkan, semua aktifitas dalam pernikahan dibalas dengan kebaikan.
“Aku mah enggak peduli, di umurku yang udah segini siapapun laki-laki yang datang bakal kuterima”.
Pernah nemu dengan yang beginian? Jika YA, maka ingatkanlah hadits Rasulullah SAW. “Seorang wanita itu dinikahi karena 4 perkara, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah yang diutamakan yang beragama, niscaya kamu berbahagia.” (HR. Bukhari Muslim).
Cewek itu lemah ama pendengaran. Jangan karena pas ketemu seseorang selalu ngomongin masalah agama bak ustadz selebritis nan keren, trus klepek-klepek dan bilang “dia calon suami idamanku”.
Sedang cowok itu lemah ama pandangan. Jangan karena ketemu seseorang yang cantik berjilbab, kemana-kemana bawa ‘bekal’ langsung bilang “itu perempuan yang dicari untuk menjadi ibu dari anak-anakku”.
Menikah itu bukan sama yang memiliki ilmu agama, tapi beragama. Asal kaya, asal keturunan baik-baik, asal cantik – aja masih harus ditinjau ulang. Trus, kenapa masih nyari yang asal-asalan?
Pernikahan tanpa masalah? Mustahil. Karena sebuah pernikahan dibangun dengan pondasi dua manusia yang berbeda. Masalah tidak akan selesai dengan modal cinta, pun harta berlimpah. Pernikahan butuh orang yang bertanggung jawab dan memiliki komitmen. Salah memilih pasangan sama aja dengan men-DP tempat di neraka.
Jadi, masih ingin menikah?
Jika jawabannya MASIH, maka bertaubatlah, perbaiki diri dan jangan lupa ngaca. Pengen punya istri shalehah, cantik, pinter masak dan penyanyang anak-anak? Pengen punya suami kaya, ganteng, hafidz Qur’an pulak? BISA, tapi siapa elo? Ingat, pasangan hidupmu kelak adalah cerminan dirimu, mblo.
Semangat berjuang.

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.