Uncategorized

MENGHINDARI UJUB LEBIH SULIT DARI RIYA (?)

 

MENGHINDARI UJUB LEBIH SULIT DARI RIYA  (?)

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Satu hal yang bisa merusak
nilai  amal ibadah seorang hamba adalah
perbuatan riya.  Menurut istilah riya adalah bermakna :
Memperlihatkan suatu ibadah atau amal shalih kepada orang lain, bukan karena
Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan keinginan untuk  mendapat pujian atau penghargaan dari orang
lain.

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin
berkata : (Orang yang riya adalah) : Ia melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala
hanya ingin mengambil perhatian orang lain dan agar mendapat nama di tengah
tengah masyarakat, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ia bersedekah karena ingin dikatakan dermawan,
menyempunakan shalatnya agar orang mengatakan shalatnya bagus dan lain lain.
Seharusnya ibadah hanya untuk Allah akan tetapi menginginkan dengan itu pujian
dari orang lain. Mereka mendekatkan diri kepada manusia dengan cara
melaksanakan ibadah kepada Allah Ta’ala. Seperti inilah yang disebut riya.
(Tafsir Juz ‘Amma).

Untuk menghindari riya, paling tidak ada dua
perkara yaitu : (1) Bersungguh sungguh memasang NIAT IKHLAS dalam melakukan
ibadah. (2) Berusaha menyembunyikan amal yang memang bisa disembunyikan.

Lalu bagaimana dengan ujub. Ujub atau bangga
diri adalah s
alah satu sifat tercela yang harus
dijauhi dan tak pantas dipelihara oleh orang orang beriman. Orang yang ujub
sering merasa dirinya yang lebih baik 
dalam banyak hal dan mengangap orang orang di sekitarnya tidak sebaik
dirinya. Padahal  setiap orang memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing masing.

Sungguh menghindari ujub relatif lebih sulit
dari menghindari riya.  Ujub itu datang
dengan diam diam. Ketahuilah, ketika seseorang banyak shalat malam atau
melakukan puasa sunnah lebih mudah baginya untuk menghindari sifat riya karena
tak diketahui oleh orang lain dan dia bisa menahan diri untuk tidak
menceritakan kepada orang lain.

Jadi, ketika ibadahnya disembunyikan maka
seseorang bisa selamat dari riya. Tetapi meskipun ibadah telah disembunyikan masih
sulit terhindar dari ujub. Sungguh sifat ujub yaitu merasa diri lebih baik,
akan mendatangi seseorang  dengan
berbagai bentuk terutama dalam ibadah.

Setelah melakukan ibadah yang tidak diketahui
orang lain maka orang yang ujub merasa lebih hebat dari orang lain dalam
ibadah. Dengan perasaan bangga dia berkata dalam dirinya : Saya adalah orang
yang banyak beribadah. Ketika orang orang tidur pulas di sepertiga malam
terakhir saya bisa bangun untuk shalat. Ketika orang makan dan minum di siang
hari saya bisa berpuasa dan yang lainnya.

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
telah mengingatkan tentang tercelanya sifat ujub, beliau bersabda :

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ :
شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Tiga perkara yang membinasakan,
rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan UJUBNYA SESEORANG TERHADAP
DIRINYA SENDIRI.  (H.R at Thabrani,
dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Dan juga beliau  bersabda :

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا
تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ
الْعُجْبَ

Jika kalian tidak berdosa maka aku
takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) UJUB !,
UJUB !. (H.R al Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah
selalu menjaga diri agar tidak jatuh kepada sifat ujub dan riya dalam beramal.
Bahwa kedua sifat ini  bisa merusak
pahala amal. Wallahu A’lam. (2.565).   

 

 

 

 

 


, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top