melakukan kritik atas Uni Eropa terhadap sebuah iklan konferensi Masa Depan
Eropa yang pada iklan tersebut menampilkan seorang wanita muslim yang berhijab,
sebagaimana diberitakan oleh Al Jazeera pada 11/2.
Kritik ini diampaikan melalu cuitan di
Twitter oleh Thibault de Montbrial seorang penasihat kandidat sayap kanan
Prancis. Ia berpedapat hal tersebut adalah sebuah ledakan yang tidak perlu
terhadap Uni Eropa. Dikutip dari mvslim.com, Thibault menggambarkan hal
tersebut dengan “tidak bisa berkata apa-apa” dan dalam cuitannya itu “Pilihan
seorang wanita bercadar untuk mengilustrasikan sebuah konferensi tentang masa
depan Eropa membuat anda tidak bisa berkata apa-apa. Ikhwanul Muslimin tidak
berani memimpikannya, para idiot yang berguna melakukannya. Bagi saya, saya
akan berjuang sekuat tenaga untuk menghindari masa depan seperti itu untuk
#Eropa #Islamisme. (Diterjemahkan dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia).
Perselisihan media sosial menempatkan
perlakuan Prancis terhadap populasi Muslim minoritas – terbesar di Eropa –
kembali menjadi sorotan menjelang pemilihan presiden negara itu pada bulan
April.
Dikutip dari mvslim.com sebagaimana
diberitakan pada 15/2, bahwa hal ini bisa terjadi dan dilakukan oleh Prancis
karena beberapa bulan yang lalu Prancis mengesahkan UU tentang pelarangan hijab. Hal ini ditandai dengan para
pejabat pemerintah memberikan dukungan terhadap pelarangan wanita muslim
menggunakan hijab dalam kompetisi olahraga.
Keputusan ini juga disetujui oleh para
senator yang memberikan suara lebih unggul 160 dibanding 143 suara di Majelis
Tinggi Parlemen. Persetujuan pelarangan hijab ini secara resmi mengubah
Undang-Undang yang semula menyatakan penghapusan symbol agama, sekarang lebih
eksplisit dan lebih spesifik terhadap pelarangan hijab atau penggunaan
kerudung. Perubahan UU tersebut dilakukan atas dasar usulan dari anggota Partai
Les Republicains.
“Saat ini, ada ketidakpastian hukum
tentang pemakaian simbol-simbol agama, dan perlu bagi negara untuk secara jelas
mendefinisikan aturannya,” kata amandemen tersebut. “Jika pemakaian hijab tidak
secara eksplisit dilarang, kita bisa melihat munculnya klub olahraga komunitas
yang mempromosikan tanda-tanda agama tertentu.”
Salah satu olahraga yang melarang
pemakaian hijab di Prancis adalah Federasi Sepak Bola Prancis yang secara resmi
melarang penggunaan hijab selama pertandingan resmi dilakukan.
Les Hijabeuses yang merupakan sekelompok
aktivis yang menentang aturan federasi tersebut, mengatakan bahwa wanita Muslim
memiliki hak untuk menikmati olahraga tanpa mengorbankan aspek penting dari
keyakinan mereka (penggunaan hijab).
Selama beberapa tahun terakhir,
Prancis telah dikecam karena terus-menerus menargetkan komunitas Muslim sebagai
objek minoritas. Pada tahun 2011, Prancis melarang penggunaan cadar atau niqab,
kemudian pernah melakukan peningkatan inspeksi masjid, sekolah dan klub
olahraga, dalam upaya untuk “mengatasi ekstremisme.”
Tahun
lalu, mereka juga mengesahkan “RUU Separatisme”, yang secara efektif melarang
anak perempuan di bawah usia 18 tahun mengenakan jilbab di tempat umum seperti
taman dan sekolah. Keputusan kontroversial tersebut memicu gerakan “Hands
off My Hijab” di media sosial.

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.