“Menemukan Manhaj Salaf di Denpasar “, Ia Berujar
Namun, hal itu tidak berlaku ketika berada di kampung Gelgel, Klungkung. Masjid Nurul Huda yang dibangun pada abad ke-14 menjadi bukti adanya sejarah Islam di Pulau Bali.
Masjid Tua itu kami pilih untuk melaksanakan salat Dzuhur Ashar dengan jamak qashar dalam perjalanan pulang ke Denpasar dari Karangasem. Kini, Masjid Tua Gelgel itu direnovasi dan ditambah berbagai fasilitas.
Islam menjadi agama minoritas yang dianut oleh sekitar 10% dari penduduk pulau Bali. Di beberapa lokasi yang tersebar di beberapa kabupaten, ditemukan komunitas asli Bali yang memeluk Islam.
Denpasar adalah bagian tak terpisahkan dari sekian banyak saudara seiman yang mengenal manhaj Salaf.
Oborolan ringan saat sarapan pagi kemarin Sabtu bersama sejumlah panitia Kajian, memunculkan fakta bahwa, ” Di Denpasar, mereka mengenal manhaj Salaf “.
Denpasar adalah rumah untuk masyarakat heterogen yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, bahkan luar negeri. Tak terkecuali saudara-saudara yang meniti manhaj Salaf.
Mayoritasnya datang ke Denpasar untuk niat bekerja. Namun, keresahan dan kekeringan spiritual telah menuntun mereka untuk mencari sumber kedamaian hati. Maka, semata-mata hidayah dari Allah, mereka melangkahkan kaki bergabung di kajian-kajian Salaf.
Bahkan, beberapa dari mereka merupakan penduduk asli dan pribumi pulau Bali. Termasuk cerita beberapa bule asing yang bergabung.
Cerita proses dan perjuangan mereka memeluk ajaran Islam sebagai mualaf, hingga memilih manhaj Salaf sebagai jalan hidup, sangatlah mengharukan.
Putu Abdullah dari Bangli, misalnya. Ia bercerita bagaimana diusir, tidak lagi dianggap keluarga, dan diberi sanksi sosial karena menganut agama Islam. Lebih-lebih manhaj Salaf yang ia pilih.
Namun, atas saran dan bimbingan beberapa teman, Putu harus menunjukkan bahwa dengan masuk Islam, ia menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Putu disarankan untuk membukakan pintu dan menyambut orang tua jika datang, mencium tangannya, dan melayani sebaik mungkin. Hasilnya? Putu pun akhirnya diterima baik oleh keluarga. Walhamdulillah
Hampir semua teman-teman yang mengenal manhaj Salaf di Denpasar memiliki pengalaman berkesan mengenai efek dahsyat akhlak baik dan perilaku positif.
Apalagi, isu yang tersebar dan anggapan yang beredar, manhaj Salaf bercirikan kaku, beku, dan tertutup.
Maka, pada saat mereka bersentuhan dengan kajian-kajian Salaf di Denpasar dan menyaksikan sambutan hangat serta akhlak mulia para pesertanya, hilang sudah citra buruk manhaj Salaf.
Akhlak yang baik sangatlah ditekankan di dalam berislam.
Rasulullah ﷺ bersabda :
أكْملُ المؤمنينَ إيمانًا أحسنُهُم خلقًا
” Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya” HR Tirmidzi no. 1162 dari sahabat Abu Hurairah
Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan :
وخالِقِ الناسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ
” Bergaul lah bersama orang lain dengan akhlak yang mulia! “
HR Tirmidzi dari sahabat Muadz bin Jabal
Kini, dari 8 kabupaten dan 1 kota di pulau Bali, hanya tersisa kabupaten Klungkung yang belum diperoleh informasi keberadaan salafy di sana.
Singaraja, ibukota kabupaten Buleleng, menjadi satu titik pusat komunitas salafy di Bali. Bahkan, sebuah pesantren Salaf telah berdiri di sana.
Untuk Denpasar hingga Tabanan, sekitar 300-an ikhwan Salafy yang aktif mengikuti kajian.
Masjid Raya Al Ukhuwwah Denpasar adalah pusat kegiatan. Lembaga pendidikan di sana dengan jenjang TK dan SD, putra putri, memiliki santri-santriwati hampir menyentuh angka 300.
Sementara, jenjang SMP dan selanjutnya, anak-anak salafy melanjutkan pendidikan di pulau Jawa.
Dengan membangun asas ta’awun, yaitu bantu membantu untuk mengembangkan kualitas dan mutu pendidikan, hadirlah suatu harapan besar bahwa kelak anak-anak tersebut menjadi pegiat-pegiat dakwah Salaf di pulau Bali.
Denpasar, 28 Agustus 2023
t.me/anakmudadansalaf
, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.