Uncategorized

LISAN ADALAH NIKMAT YANG HARUS DI PELIHARA


 LISAN ADALAH NIKMAT YANG HARUS
DIPELIHARA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Lisan adalah salah satu nikmat yang amat besar bagi seorang
hamba. Cobalah bayangkan bagaimana jika Allah tidak memberi kita nikmat lisan
atau lidah untuk berbicara. Tentu sangat amat sulit bagi kita menjalani hidup
ini. Oleh karena itu peliharalah gunakanlah nikmat lisan ini untuk mencari
ridha Allah. Jangan menggunakan lisan untuk bermaksiat kepadanya karena itu
kufur nikmat namanya. 
Dizaman ini memang sangat banyak manusia yang tidak berusaha
memelihara lisannya. Mereka menggunakan 
lisannya tanpa berfikir apakah Allah Ta’ala ridha atau murka kepadanya.
Bisa jadi seseorang yang berkata suatu perkataan yang tidak dia pikirkan akan
berakibat sangat buruk bagi dirinya. Perhatikanlah berapa banyak manusia yang
jatuh kepada kehinaan di dunia karena lisannya tak terjaga. Kehinaan dan
kerugian di akhirat yang akan dia rasakan tentu lebih besar lagi. 
Kewajiban
menjaga lisan.
 Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman :
“Ma yalfizhu min qaulin illa ladaihi raqibun ‘atid.” Tidak
ada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada padanya malaikat pengawas
yang selalu hadir. (Q.S. Qaaf 18).
Ayat ini antara lain menjelaskan
bahwa setiap kata yang kita ucapkan akan dicatat dengan sangat lengkap oleh
malaikat yang selalu berada dikiri kanan kita. Imam Hasan al Bashri dan Qatadah
berpendapat bahwa jika melihat kepada zhahir ayat jelaslah bahwa Malaikat akan
mencatat setiap ucapan.
Ali bin Abi Talhah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas bahwa ia (Malaikat) akan menulis setiap kebaikan dan keburukan
yang diucapkan. Bahkan ia akan mencatat ucapan aku makan, minum, datang ,
pergi, melihat dan sebagainya (Tafsir Ibnu Katsir).
Rasulullah salallahu alaihi
wassalam bersabda: “Man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul
khairan au liyasmut”. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (H.R. Bukhari dan Muslim, dari Abu
Hurairah).
Hadits ini menunjukkan adanya
korelasi yang kuat antara aqidah yang shahih dengan berkata yang baik. Disini
Rasulullah mengkaitkan antara beriman kepada Allah dan hari Akhir dengan
berbicara yang baik. Ketahuilah bahwa beriman kepada Allah dan hari Akhir
adalah aqidah  yang lurus sedangkan
berbicara yang baik adalah sesuatu yang sangat dianjurkan. Dapat diambil
pemahaman bahwa orang yang aqidahnya lurus maka tentu seharusnya dia akan berbicara
yang baik atau diam.
Tentang hadits ini pula, Ibnu Hajar
Ashqalani antara lain menjelaskan : Perkataan itu jika tidak baik pasti jelek,
atau bermuara kepada kepada salah satunya. Termasuk perkataan yang baik adalah
segala perkataan yang dianjurkan dalam syari’at baik yang wajib maupun yang
sunnah. Begitu pula semua perkataan yang mengarah kepadanya. Adapun perkataan
yang buruk dan segala yang mengarah kepada keburukan, maka diperintahkan untuk
diam. (Fath al Bari)
Ke surga atau ke neraka
karena lisan.
Sungguh lisan yang tak terjaga akan mebahayakan diri seorang hamba
bahkan bisa melemparkannya kedalam neraka. Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang
hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan
oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut
berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa
derajat.
Dan sungguh seorang hamba
mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh
benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut
berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka
Jahannam.”

(
H.R Imam Bukhari).
Nasehat sahabat dan ulama
terdahulu tentang menjaga lisan.
Umar bin Khaththab berkata :
“Semoga Allah merakhmati orang yang menahan diri dari banyak berbicara dan
lebih mengutamakan banyak beramal”. (Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah).
Coba kita perhatikan kebanyakan
manusia sekarang ini. Sungguh akan kita dapati sebaliknya. Mereka lebih
mengutamakan banyak berbicara sementara amal mereka dipertanyakan.
Ibnu Mas’ud berkata : “Jauhilah
oleh kalian sikap berlebihan dalam berbicara. Cukuplah bagi seseorang untuk
berbicara seperlunya” (Jami’ul Ulum
wal Hikam, Ibnu Rajab al Hambali).
Abu Darda’ berkata : “Lebih
berlaku adillah terhadap telingamu daripada lidahmu. Karena tidaklah diciptakan
telinga itu dua kecuali agar kamu lebih banyak mendengar daripada
berbicara”  (Minhajul Qashidin, Ibnu
Qudamah).
Abdullah bin Amr berkata : Tinggalkanlah segala sesuatu yang
tidak ada hubungannya denganmu. Jangan engkau berbicara yang tidak bermanfaat
bagimu. Jagalah lidahmu seperti engkau menjaga hartamu.   
Imam asy Syafi’i berkata :  Jika seorang diantara kalian hendak berbicara
maka hendaklah ia berfikir tentang pembicaraannya. Jika tampak mashlahatnya
maka berbicaralah. Namun jika ragu akan kemashalahatannya maka hendaklah ia tidak
berbicara. 
Imam an Nawawi berkata : Apabila
salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut benar-benar
baik dan berpahala, baik dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan
ia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan
berpahala atau perkataan itu tampak samar baginya antara haram, makruh dan
mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya. Berdasarkan hal ini, maka perkataan
yang mubah tetap dianjurkan untuk ditingggalkan dan disunnahkan menahan diri
untuk tidak mengatakannya, karena khawatir akan terjerumus kepada perkataan
yang haram dan makruh. Inilah yang sering terjadi (Syarah Shahih Muslim) 
 
Seorang ulama yaitu Abul Qashim
berkata : “Andaikata engkau bisa membeli atau memperoleh buku catatan Malaikat
(tentang dirimu), maka engkau akan trauma untuk berbicara”. 
Kenapa trauma, karena kita akan
kaget berat melihat catatan ucapan lisan kita yang begitu lengkap dan tanpa
kita sadari ternyata lebih banyak buruknya dari baiknya.  
Oleh karena sangatlah dianjurkan bagi kita semua untuk  selalu berusaha menjaga lisan agar terhindar
dari keburukannya. Selain itu sangat dianjurkan pula untuk senantiasa berdoa
yaitu sebagaimana diajarkan Rasulullah kepada kita.
Ya Allah
terimalah taubatku, terimalah doaku, kuatkanlah hujjahku, tunjukilah hatiku, jagalah
lisanku dan hilangkan rasa dengki dari hatiku.
(H.R Abu Dawud dan Imam Ahmad, dari
Ibnu Abbas).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(920)

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top