KEWAJIBAN HAMBA ALLAH MEMPELAJARI AL QUR
AN
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Al-Quran
secara bahasa berasal dari kata kerja
qara’a yang berarti : “mengumpulkan dan menghimpun”, dan qira’ah yang
berarti : Menghimpun huruf-huruf dan
kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.
Al Qur-an
adalah Kalamullah, firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Salallahu
‘alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril, dengan lafal dan maknanya. (Lihat
Ensiklopedi Islam jilid 4/132).
Sungguh al
Qur an diturunkan sebagai petunjuk yang akan menyelamatkan manusia di dunia dan
di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى
لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran SEBAGAI
PETUNJUK bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Q.S al Baqarah 185).
Agar benar
benar bisa dijadikan petunjuk maka setiap hamba Allah berkewajiban mempelajari
al Qur an yaitu :
(1) Dimulai dari cara membaca yang benar dan
selalu membacanya.
(2) Berusaha menghafal bahkan wajib menghafal ayat
ayat tertentu dari al Qur an karena ada ayat ayat al Qur an harus dibaca ketika
shalat bahkan membaca surat al Fatihah adalah wajib dalam shalat wajib dan shalat
sunnah. Oleh karenanya mesti dihafal.
(3) Mengamalkannya. Inilah bagian paling
penting dalam mempelajari al Qur an.
(4) Serta mengajarkannya sesuai kemampuan.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
خيركم من تعلم القرآن
وعلمه
Sebaik baik kalian adalah yang
belajar al Qur an dan mengajarkannya (H.R Imam Bukhari, dari Utsman bin Affan).
Imam Ibnu Hajar Ashqalani berkata : Tidak
diragukan lagi bahwa orang yang bisa menggabungkan antara belajar dan
mengajarkan al Qur an adalah orang yang sempurna bagi dirinya dan bagi orang
lain, yaitu yang mampu mengumpulkan kebaikan yang sedikit dan yang banyak
(Fathul Bari)
(5) Satu
hal yang SANGAT PENTING adalah berusaha memahami makna ayat ayat al Qur an. Ketahuilah bahwa tidaklah setiap orang boleh memaknai atau menafsirkan a Qur an, sesuai
dengan pikiran atau akalnya. Tetapi haruslah merujuk kepada kitab kitab ulama
ahli tafsir.
Berikut ini adalah d iantara contoh bagaimana
para ulama dalam memahami ayat ayat al
Qur an :
(1)
Surat al Mulk ayat 2. Allah Ta’ala berfirman :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ
أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
(Dialah)
Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya.
Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun.
Al Imam Fudhail bin Iyadh menjelaskan bahwa
: Ahsanu amala, paling baik
amalnya dalam ayat ini maksudnya
adalah paling ikhlas dan paling sesuai
dengan syariat. Kemudian ada yang bertanya : Apakah maksud yang
paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat ?
Lalu beliau menjawab : Sesungguhnya amalan
apabila ikhlas tetapi tidak sesuai dengan syariat maka tidak diterima. Demikian
pula apabila sesuai dengan syariat tetapi tidak ikhlas maka amalan itu tidak
diterima, hingga amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat. (Hilyah al
Auliya’).
(2)
Surat asy Syuura ayat 30. Allah
Ta’ala berfirman :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
وَيَعْفُو عَنْ كَثِير
Dan musibah
apa saja yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah
memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu).
Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum,
perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian.
Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala
mengabarkan bahwa apa pun musibah yang menimpa hamba hamba-Nya, pada diri
mereka, pada harta ataupun anak anak mereka dan apa saja yang mereka cintai
adalah AKIBAT DOSA DOSA YANG MEREKA LAKUKAN SENDIRI.
Dan sesungguhnya yang dimaafkan oleh Allah Ta’ala
lebih banyak dari itu. Sebab sesungguhnya Allah Ta’ala tidak (pernah) berbuat
zhalim terhadap hamba hamba-Nya, tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka
sendiri. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
(3) Surat al Baqarah ayat 11. Allah Ta’ala
berfirman :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا
فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Dan
bila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi. mereka menjawab : Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan.
Imam Ibnu Katsir mengutip perkataan ahli
tafsir dari kalangan sahabat antara lain
Ibnu Abbas bahwa : Mereka yang dimaksud adalah orang orang munafik, sedangkan
kerusakan yang dimaksud adalah kekufuran dan kemaksiatan.
Ibnu
Katsir juga mengutip perkataan Abul Aliyah, ia mengatakan tentang
firman Allah : “Janganlah kaIian
membuat kerusakan di muka bumi”. Maknanya adalah bahwa kerusakan yang
mereka perbuat itu berupa kemaksiatan kepada Allah atau menyuruh orang lain
untuk bermaksiat kepada-Nya, maka ia telah berbuat kerusakan di muka bumi,
karena kemaslahatan langit dan bumi ini terletak pada ketaatan. (Lihat Tafsir
Ibnu Katsir).
Dari penjelasan makna tiga ayat diatas menjadi
tahulah kita bahwa pemahaman yang benar
terhadap ayat ayat al Qur-an hanya akan
diperoleh dengan mempelajarinya dari ulama yang mumpuni ilmunya serta juga dari kitab
kitab Tafsir ulama terdahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in
serta orang orang yang mengikutinya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (2.327)
[WU1]enurut

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.