Islam
edia – Ismail Haniyah dikenal sebagai pemimpin biro politik Hamas, terutama sejak faksi Palestina ini memenangkan pemilu dan memerintah Jalur Gaza sejak 2007. Sejak 2017, murid pendiri Hamas, Syekh Ahmad Yasin, ini menetap di Qatar.
Ismail Haniyah, yang juga dieja sebagai Ismail Haniyah, lahir di kamp pengungsian al-Syati di Jalur Gaza pada 1963. Sejak menjadi mahasiswa di Universitas Islam Gaza, ia bergabung dengan Hamas. Pada 1987, ia lulus dengan gelar sarjana Sastra Arab dari universitas tersebut.
Pada 1997, Ismail Haniyah menjadi kepala sebuah biro Hamas. Pada pemilu legislatif 2006, namanya tercantum di surat suara. Kemenangan Hamas dalam pemilu tersebut membawa Haniyah ke posisi Perdana Menteri Palestina.
Namun, kemenangan Hamas ini langsung ditentang oleh rivalnya, Fatah. Pada 14 Juni 2007, Mahmoud Abbas, yang mewakili Otoritas Nasional Palestina (PNA), memecat Haniyah dari jabatannya. Sejak itu, terjadi friksi internal di Palestina, dengan Fatah memerintah di Tepi Barat dan Hamas di Jalur Gaza.
Pada Februari 2017, Ismail Haniyah digantikan oleh Yahya Sinwar. Pada 6 Mei, ia diangkat menjadi pemimpin biro politik Hamas, menggantikan Khalid Mashal.
Sejak tahun 1985 hingga 1986, Ismail Haniyah yang saat itu masih mahasiswa, ikut serta dalam dewan mahasiswa yang didukung oleh Ikhwanul Muslimin (IM). Saat Intifadah I pecah pada 1987, ia turut serta bersama para pejuang Palestina. Saat itu, ia baru saja lulus.
Ia sempat ditangkap oleh aparat Israel dan menjalani masa tahanan yang singkat. Setahun kemudian, Haniyah kembali ditangkap dan ditahan selama enam bulan. Pada 1989, ia dipenjara selama tiga tahun.
Bersama Abdul Aziz al-Rantissi, Mahmud Zahhar, Aziz Duwaik, dan 400 aktivis lainnya, Ismail Haniyah dideportasi oleh Israel ke Lebanon. Pada 1993, ia kembali ke Gaza dan memimpin Universitas Islam setempat.
Intifadah II pada 2000-2005 turut melejitkan nama Ismail Haniyah. Militer Israel (IDF) dan Mossad semakin gencar mencoba membunuh tokoh Hamas ini. Pada 2003, ia selamat dari serangan udara IDF.
Ismail Haniyah adalah ayah dari 13 anak. Tiga anaknya gugur pada 2024 di tengah genosida yang dilakukan oleh IDF di Gaza. Sejak 2009, keluarganya tinggal di kamp pengungsi al-Syati. Pada 2010, Haniyah membeli lahan seluas 2.500 meter persegi di Rimal, Jalur Gaza.[islamedia]
, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.