Ibu, Benar Tiap Hari Aku Menyayangimu, Tapi Selamat Hari Ibu Di Hari Ini

Ibu, benar tiap hari aku menyayangimu. Tapi tidak bisa tiap hari aku
membuat puisi untukmu. Kadang perasaan jemu menyerang mematikan kreasi,
kadang masalah mendominasi pikiran, sesungguhnya saat-saat itu aku
tetap rindu padamu hanya saja kerinduan itu tak bisa ku ekspresikan
dalam puisi. Dan hari ini begitu banyak inspirasi saat semarak umat
manusia mengagungkanmu. Dan hari ini aku berkesempatan membuat sebuah
puisi untukmu, ibu.

Ibu, benar tiap hari aku menyayangimu. Tapi tidak bisa setiap hari
aku membuat kue atau memesankan kue untukmu. Dan memang tidak tiap hari
juga engkau perlu makan kue buatanku. Kini di hari yang spesial, aku
memaksakan diri memasak kue untukmu, atau memesan sebuah kue dan
mengirimkannya ke rumahmu.

Ibu, benar tiap hari aku menyayangimu. Tapi tidak bisa setiap hari
aku mengunjungimu. Di atas bilangan jarak antara tempat tinggalku dan
tempat tinggalmu, aku taburi kerinduan yang tak berbilang. Namun pada
hari ini, aku paksakan diri untuk mengunjungimu. Karena hari ini begitu
spesial buatmu.

Ibu, benar tiap hari aku menyayangimu. Dan maafkan kelemahanku tidak
bisa setiap hari menelponmu. Namun hari ini kuharuskan diri untuk
menelpon dan mengucapkan “selamat hari ibu” dengan sepenuh ketulusan
hati. Menumpahkan kerinduan yang tak selalu bisa terekspresikan.

Ibu, benar tiap hari aku menyayangimu. Tapi maafkan karena tak bisa
tiap hari aku membuka album kenangan saat kau mengasuhku waktu kecil.
Dan hari ini adalah momen di mana aku merenungkan semua jasamu padaku.
Mengingat kesabaranmu menyuapiku, memandikanku, mengupayakan uang
sekolahku. Hingga sepenuh jiwa aku mengucapkan, “Terimakasih ibu”

Ibu, benar tiap hari aku menyayangimu. Tapi tidak bisa tiap hari aku
menangis mengenangmu dan menghayati segenap kerinduan ini. Dan hari ini
lah, spesial aku tumpahkan tangis haru atas semua yang kau lakukan
padaku.

Ibu, benar tiap hari aku menyayangimu. Dan hari ini spesial ku ucapkan selamat hari ibu.