Muhasabah
HIDUP DENGAN YANG HALAL
Tidak disangka, tidak pula terkira. Ternyata laki-laki itu sehari-harinya bergelut dengan pekerjaannya yang aneh. Dalam pandangan keumuman orang, pekerjaan tersebut mungkin dianggap biasa, lazim bahkan kasar. Pekerjaan itu dianggap aneh karena yang mengerjakannya adalah seorang ulama besar dalam Sejarah Islam.
Jual beli kulit hewan di hiruk pikuknya kota Basrah beliau tekuni. Kedudukannya di mata kaum muslimin sebagai seorang panutan tidak lantas menghalangi beliau untuk mencari harta halal. Dialah Al Imam Ayyub bin Abi Tamimah As Sikhtiyani. Terkait dengan profesinya sebagai saudagar kulit hewan, membuat nama beliau tersematkan di belakangnya dengan “As Sikhtiyani” (Si Penjual Kulit Hewan).
Padahal, siapakah Ayyub As Sikhtiyani?
Ayyub adalah seorang tabi’in yang lahir pada tahun 68 H, tahun yang sama dengan wafatnya shahabat Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما. Guru-gurunya adalah tokoh-tokoh besar tabi’in semacam Muhammad bin Sirin, Al Hasan Al Basri, Mujahid bin Jabr, Ikrimah maula Ibnu Abbas, Nafi’ maula Ibnu Umar, Atha’ bin
Abi Rabah dan lainnya.
Pujian Al Hasan Al Basri berikut ini kiranya cukup untuk menggambarkan siapakah Ayyub As Sikhtiyani, “Sayyid syabab ahlil Bashrah.” Ayyub adalah tuannya pemuda di seantero wilayah Basrah. Demikian kata Al Hasan.
Karya-karya tentang biografi ulama Islam tentu tidak akan melewatkan Ayyub begitu saja. Bahkan biografinya terlalu panjang untuk diceritakan. Akan tetapi, kita akan sedikit mengutip dari kemuliaan beliau. Dengan titik berat pada profesi beliau yang terbilang aneh dalam kapasitas beliau sebagai seorang tokoh besar.
Hidup dari yang halal ! Inilah sebuah teladan yang patut kita camkan dari kisah hidup beliau.
Melalui jual beli kulit hewan, seolah-olah Ayyub menyadarkan sekaligus membelai lembut perasaan kita, “Apa pun kata orang, apa pun pandangan manusia, bagaimana pun hasilnya, bekerja dan berusahalah untuk mencari barang halal. Allah pasti memudahkan dan memberkahi!”.
Hidup dengan yang halal adalah ajaran luhur Islam. Sekian banyak ayat Al Qur’an membimbing kita dalam hal ini. Mencari, bekerja, dan mengonsumsi yang halal. Hadits-hadits Nabi Muhammad pun jika diteliti secara saksama, banyak mengajarkan untuk hidup mandiri, berdikari, dan menjaga harga diri.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an:
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepada kalian, dan syukurilah nikmat Allah, jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Q.S. An Nahl: 114)
Ayat di atas rasanya jelas dan tegas memerintahkan, “Makanlah yang halal dan baik!” Namun, seperti apakah fakta dan aplikasi di lapangan? Sedih, menyesakkan, dan mengundang emosi. Siapa juga yang berani mengingkari jika barang halal atau haram tidak lagi dipedulikan. Asal senang dan menyenangkan.
Modus penipuan seakan ter- up date setiap waktunya. Mulai dari rakyat kecil yang dijadikan sasaran hingga orang-orang berduit yang masih tamak akan harta pun tak lepas dari jerat-jerat penipuan. Perampokan di masa sekarang sudah semakin ganas dan liar. Lihat saja aksi penembakan, pembunuhan, dan ancaman bom yang sering mengiringi aksi perampokan.
Praktek riba, walaupun dilarang agama, malah dijadikan sebagai sumber penghasilan oleh sebagian kalangan. Ada yang terang-terangan mengambil bunga, ada juga yang bersembunyi di balik istilah-istilah agama. Ada yang berbentuk bangunan mewah sebagai pusat kendali riba, sampai ada juga yang bersepeda sederhana di tengah-tengah pasar.


, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.