Editorial

George Stinney dan Sejarah Phobia Dunia Barat Terhadap Kaum Muslimin

George Stinney, korban rasisme dan ektrimisme barat (img: the guardian)

bersamaislam.com Carolina – Dalam penjara Carolina Selatan pada tanggal 16 Juni 1944, sipir berjalan sambil menuntun seorang anak berkulit hitam berusia 14 tahun dengan tangan diborgol menuju kursi listrik. Pada saat itu, tali pengikat tidak cocok dan elektroda listrik terlalu besar untuk kakinya. Saat saklar kematian dinyalakan, topeng eksekusi mati jatuh dari kepalanya. Air mata mengalir dan air liur menetes dari mulutnya. Para saksi langsung keluar karena ngerinya eksekusi narapidana termuda di Amerika Serikat pada saat itu.

Seperti pernah dimuat oleh The Guardian, George Stinney dituduh membunuh dua gadis berkulit putih, Betty Juni Binnicker berusia 11 tahun dan Mary Emma Thames yang berusia 8 tahun. Karena tidak ada hak Miranda pada tahun 1944, Stinney diinterogasi tanpa pengacara dan orang tuanya tidak diizinkan masuk ke ruangan. Polisi pada saat itu mengatakan bahwa Stinney mengaku pembunuhan, tapi tidak ada catatan tertulis dari pengakuan pelaku. Yang ada hanya laporan yang meyebutkan bahwa petugas menawarkan es krim kepada Stinney untuk mengaku kejahatan.

Ayah Stinney, yang pernah menjaga kedua korban langsung dipecat dan diperintahkan untuk meninggalkan tempat di mana ia bekerja. Keluarganya diberitahu untuk meninggalkan kota sebelum sidang dilaksanakan untuk menghindari balas dendam yang lebih parah dari pihak korban.

Walau akhirnya pengadilan menunjuk seorang pengacara untuk Stinney, tetap tidak ada penentangan dari pengadilan untuk kesaksian tiga polisi yang mengklaim bahwa Stinney mengaku dalang atas kejadian itu, meskipun hanya itu satu-satunya bukti yang ada. Tidak ada catatan tertulis dari pengakuan pelaku. Tiga saksi dipanggil untuk mengajukan kesaksian, satu orang yang menemukan mayat dan dua dokter yang melakukan visum. Tidak ada saksi dipanggil untuk mengajukan keberatan karena warga yang berkulit hitam dilarang masuk. Sidang berlangsung dan semua yang hadir berkulit putih. Dan sidang berlangsung dua setengah jam. Hakim menminta waktu sepuluh menit untuk membicarakan sebelum kembali dengan memutuskan vonis bersalah.

Beberapa tahun yang lalu, muncul kesaksian dari sebuah keluarga yang menyatakan bahwa ada anggota keluarga mereka yang telah meninggal pernah mengaku membunuh kedua gadis tersebut. Pelakunya dikabarkan berasal dari pejabat terkenal, berasal dari keluarga berkulit putih. Anggota keluarga tersebut yang telah menyuruh agar Stinney dituntut.

Stinney sendiri akhirnya dinyatakan tidak bersalah 70 tahun kemudian, tepatnya tahun 2014 yang lalu. Keputusan yang sangat terlambat. Dia akan berusia 84 tahun seandainya masih hidup.

Hari ini, negara barat melakukan hal yang sama untuk puluhan ribu anak-anak Muslim di seluruh dunia. Membakar mereka hidup-hidup dengan serangan rudal pesawat tak berawak. Tidak ada yang berubah, mereka membenarkan pembunuhan pihak yang mereka benci dengan lebih banyak alasan yang tak dapat dibuktikan.

(Mirza Husni)


, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top