CATATAN SEMBARI MELINTAS MASA 01

Sudah terlalu sering, saya berjumpa dan berbicara dengan orang-orang cerdas dan pintar. Saya yakin, tanpa ragu, bahwa mereka jauh lebih pintar dan cerdas dibandingkan saya. Mereka berada di atas saya beberapa tingkat. Wawasan, pengetahuan dan pengalaman mereka, sungguh membuat saya minder.
Kalau boleh saya membilang sebagai contoh, dan tolong ijinkan saya untuk menyebutnya. Mereka berbeda latar belakang dan profesinya. Namun mereka -sekali lagi-, orang-orang cerdas dan pintar.
Saya sudah cukup sering berbincang dengan dokter, perawat, insinyur, pebisnis, mahasiswa, pelajar, kaum sarjana yang telah menyelesaikan strata pendidikan tinggi, kaum guru, para dosen, ahli hukum, juga para petani dan buruh. Masing-masing mempunyai penguasaan mumpuni di bidangnya masing-masing. Bukankah hal ini membuktikan bahwa mereka adalah saudara-saudara saya yang cerdas dan pintar?
Saya iri, dan terus terang, saya memang iri. Kenapa saya tidak mempunyai kepintaran dan kecerdasan seperti mereka? Meskipun akhirnya saya menyadari, bahwa tiap-tiap kita memiliki jalan hidup sendiri-sendiri.
Kenapa saya iri?
Saya sedang berpikir tentang Islam ini. Saya sedang berpikir tentang dakwah Salafiyyah. Betapa kebutuhan da’i sangat tinggi! Orang-orang yang bertugas sebagai pegiat dakwah yang mengajarkan Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman Salaf, sangatlah diperlukan! Bahasa kita adalah kekurangan ustadz. Iya, kita memang kekurangan ustadz!
Nah mereka, yaitu saudara-saudara saya di atas, yang mempunyai kecerdasan dan kepintaran, terkadang saya berkhayal, andai saja mereka mengubah jalan hidup dengan terjun di dunia dakwah. Mengarahkan haluan waktu dan usia untuk lebih serius di dalam mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah. Saya optimis bahwa dalam hitungan tahun, mereka dapat menjadi solusi untuk menutup celah dan lubang di dalam dakwah yang suci ini.
Walaupun saya juga sadar bahwa untuk menjadi pegiat dakwah yang bersabar di atas jalan dakwah adalan pilihan dari Allah. Saya pun mesti sadar bahwa tidak semua orang dipilih oleh Allah untuk menunaikan tugas suci di dalam berdakwah, sebagai pewaris para Nabi.
Akan tetapi, pernahkah terpikir oleh kita bahwa semua diri kita mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi yang terpilih. Kenapa kita tidak berusaha untuk termasuk dalam golongan hamba-hamba yang terpilih? Kenapa kita sudah merasa puas dengan hidup yang kita jalani selama ini? Marilah mengubah haluan hidup dengan berthalabul ilmi. Sebab, kesempatan untuk dapat berkumpul dan bergabung dengan Rasulullah di surga nanti, bisa dicapai dengan menjadi hamba yang alim. Hamba yang mempelajari dan mengajarkan ilmu syar’i. Allahumma yassir.
Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
10 Muharam 1438/11 Oktober 2016
Sesaat Sebelum Kajian Shubuh
CATATAN SEMBARI MELINTAS MASA (02)
CATATAN SEMBARI MELINTAS MASA (03)
CATATAN SEMBARI MELINTAS MASA (04)
Saya agak, bahkan sangat kesal jika membaca stiker bertuliskan “English First”. Begitu banyak dan mudahnya kita menemukan stiker-stiker semacam itu. Saya meyakini bahwa stiker-stiker semacam itu menjadi bagian dari skenario dan propaganda besar untuk memerangi umat Islam. Kenapa demikian?
Bahasa Islam dan bahasa umat Islam adalah bahasa Arab. Al Qur’an sebagai petunjuk, pedoman hidup dan kitab suci kita, diturunkan Allah dengan berbahasa Arab. Nabi Muhammad Shallallohu’alaihi wasallam menyampaikan arahan dan tuntunan juga berbahasa Arab. Selain itu -dari banyak aspek-, bahasa Arab memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandingkan bahasa lainnya.
Untuk memahami Islam dengan benar, memahami Al Qur’an dan As Sunnah, kemampuan berbahasa Arab adalah salah satu syarat mutlak. Tidak bisa ditawar! Tidak mungkin dikesampingkan!
Lemah berbahasa Arab, apalagi tidak memahami sama sekali, akan mengakibatkan sulit memahami Islam secara maksimal. Bahkan, para ulama menjelaskan bahwa kesesatan berpikir dan penyimpangan dalam pemahaman Islam, sangat dipengaruhi oleh ketidak-mampuan berbahasa Arab dengan baik.
Kemunduran atau kemajuan kualitas generasi muda Islam cukup ditentukan oleh seberapa besar perhatian kita terhadap bahasa Arab. Generasi muda Islam cenderung berbangga diri dan berlomba-lomba untuk menguasai bahasa asing yang tidak bersentuhan secara langsung dengan praktik ibadah kita.
Ada isu-isu yang diblow-up untuk mengecilkan kedudukan bahasa Arab. Kadang disebut paham arabisme yang tidak mendukung nasionalisme. Kenapa bahasa-bahasa asing lainnya tidak disebut demikian juga? Kadang dikesankan bahasa Arab itu rumit dan sulit. Siapa bilang? Karena kita kurang perhatian dan kurang serius saja.
Lihat saja! Bimbingan belajar, kelas privat, tayangan media massa, tulisan-tulisan di berbagai produk, banyak menggunakan bahasa Inggris, misalnya. Sehingga penyebarannya yang bersifat massif, membuat bahasa Inggris lebih mudah dicerna. Duh, andai bahasa Arab juga dikelola sedemikian juga!!! Apalagi, Allah telah menegaskan bahwa bahasa Arab itu mudah.
Saya sedang tidak ingin menukil ucapan-ucapan ulama tentang keistimewaan dan anjuran untuk belajar bahasa Arab. Di kesempatan dan di media lain, semoga Allah memudahkan untuk menulis sebuah buku berisikan motivasi belajar bahasa Arab. Di sini, saya sebatas ingin membantu menyadarkan kita bahwa selama ini kita terlalu jauh berpaling dan meninggalkan kewajiban untuk mempelajari bahasa Arab.
Coba saudara renungkan! Dulu berapa banyak waktu dihabiskan, biaya dikeluarkan dan semangat dikerahkan untuk belajar bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Jepang, bahasa Perancis, bahasa Jerman atau bahasa-bahasa lainnya. Itu sebuah cacat masa lalu yang harus disembuhkan dan dihilangkan dengan sekarang bersemangat belajar bahasa Arab.
Marilah membuat dan menetapkan target bahwa dalam satu tahun ke depan, pondasi dasar dan pilar-pilar utama bahasa Arab telah kita kuasai. Untuk kemudian di tahun selanjutnya, kita membuat target yang lebih maksimal.
Ingat, seorang hamba akan kesulitan menemukan dan merasakan khusyuk di dalam shalat, jika tidak mengerti bahasa Arab. Barangkali inilah faktor kenapa kita tidak dapat merasakan lezat dan nikmatnya shalat serta ibadah lainnya. Sebab, kita sendiri kurang memahami apa yang kita ucapkan di dalam shalat.
Semangat dan bangkit untuk belajar bahasa Arab!
Allah yu’iinuk, akhi filllah. Semoga Allah senantiasa membantu dan memudahkan jalanmu, wahai saudaraku di jalan Allah.
Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
21 10 2016
20 Muharram 1438 H

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.