الله الرحمن الرحيم
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah Azza wa Jalla
menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma
aamin.
shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
diperintahkan memperbanyak shalawat kepada Beliau[i], terutama sekali pada
beberapa keadaan berikut ini:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
adalah orang yang ketika disebut namaku di dekatnya, namun tidak mau
bershalawat kepadaku.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Hibban, dan
Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2878)
tasyahhud,
سَمِعَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً
يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ , لَمْ يَحْمَدِ اَللَّهَ , وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى
اَلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ : ” عَجِلَ هَذَا ” ثُمَّ دَعَاهُ , فَقَالَ : ” إِذَا
صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ
وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ , ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى اَلنَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُو بِمَا
شَاءَ
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya, namun ia tidak memuji Allah
dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Beliau
bersabda, “Orang ini tergesa-gesa,” lalu dipanggilnya, dan bersabda,
“Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka mulailah dengan memuji
Tuhannya dan menyanjung-Nya, lalu hendaknya ia bershalawat kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian berdoa sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad dan tiga
orang Ahli Hadits, serta dishahihkan oleh Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim).
masjid, yaitu pada doa masuk dan keluar masjid:
الْعَظِيْمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ، مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، [بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلاَةُ][وَالسَّلاَمُ
عَلَى رَسُوْلِ اللهِ] اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Yang Mulia dan kekuasaan-Nya yang abadi, dari setan yang terkutuk.[1] Dengan
nama Allah dan semoga shalawat [2] dan salam terlimpahkan kepada Rasulullah[3].
Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.” [4]
4591. [2] HR. Ibnus Sunni no.88, dihasankan Syaikh Al Albani. [3] HR. Abu Dawud
1/126, lihat Shahihul Jami’ 1/528. [4] HR. Muslim 1/494. Dalam Sunan
Ibnu Majah, dari hadits Fathimah radhiyallahu ‘anha disebutkan, “Allahummagh
fir li dzunubi waftahli abwaba rahmatik”, dan dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani karena beberapa syahid. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/128-129.
وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ،
اَللَّهُمَّ اعْصِمْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Rasulullah. Ya Allah, sesungguhnya aku minta kepada-Mu dari karunia-Mu. Ya
Allah, peliharalah aku dari godaan setan yang terkutuk.” (Lihat takhrij hadits pada doa sebelum masuk
masjid, adapun tambahan, “Allaahumma’shimni minasy syaithaanir rajim,”
adalah riwayat Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 129).
dan malamnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا
عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu Adam diwafatkan,
pada hari itu terjadi peniupan sangkakala, dan pada hari itu terjadi kematian
makhluk. Oleh karena itu, perbanyaklah bershalawat kepadaku, karena shalawatmu
akan dihadapkan kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
bagaimana shalawat kami ditunjukkan kepadamu padahal jasadmu telah
binasa?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
mengharamkan bagi bumi memakan jasad para nabi.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Aus bin Aus, dan dishahihkan
oleh Al Albani).
setelah takbir kedua.
seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepadanya,
bahwa sunnahnya dalam shalat jenazah, seorang imam bertakbir, lalu membaca
surat Al Fatihah setelah takbir pertama secara sir (pelan), kemudian
bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mengikhlaskan doa
untuk jenazah pada takbir (ketiga) tanpa membaca (ayat), kemudian salam
(setelah takbir keempat) secara sir.” (Diriwayatkan oleh Imam Syafi’i
dalam Al Umm, dan melalui jalannya pula Imam Baihaqi dan Ibnul Jarud
meriwayatkan dari Az Zuhri dari Abu Umamah).
“Takbir pertama dari shalat jenazah adalah memuji Allah Azza wa Jalla
(membaca surat Al Fatihah). Takbir kedua, bershalawat kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Takbir ketiga, mendoakan si mayit,
sedangkan takbir keempat adalah salam.” (Diriwayatkan oleh Isma’il bin
Ishaq Al Qadhiy dalam Fadhlush Shalati ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam).
hadits Fadhalah bin Ubaid yang telah disebutkan sebelumnya)..
Abdullah bin Harits, ia berkata, “Abu Halimah, yaitu Mu’adz bershalawat
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam qunut.” (Dishahihkan oleh
Al Albani dalam tahqiqnya terhadap kitabnya Fadhlush Shalati ‘alan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
muazin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى
الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ
فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ
أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
diucapkannya, kemudian bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya barang siapa bershalawat
kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali, kemudian
mintalah kepada Allah untukku Al Wasilah, sesungguhnya ia adalah
kedudukan di surga yang tidak patut diperoleh kecuali untuk salah seorang hamba
Allah, dan aku berharap agar akulah orangnya. Barang siapa yang memintakan
wasilah untukku, maka dia akan mendapatkan syafaatku.” (HR. Ahmad, Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
kalian dengan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
khutbahnya setelah memuji Allah dengan bershalawat kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam (lihat atsar-atsarnya dalam kitab Jalaa’ul Afham karya
Ibnul Qayyim). Namun di sini kami sebutkan salah satu contohnya.
dengan sanadnya yang sampai kepada Aun bin Abi Juhaifah dari ayahnya, bahwa Ali
radhiyallahu ‘anhu pernah menaiki mimbar, lalu ia memuji Allah dan
menyanjungnya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan berkata, “Sebaik-baik umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar.
Kedua, Umar.” Kemudian Ali berkata, “Allah memberikan kebaikan kepada
siapa yang Dia kehendaki.” (Isnad riwayat ini menurut Ibnul Qayyim adalah
hasan).
membaca shalawat setelah memuji Allah ketika memulai mengajarkan ilmu dan
ketika menutupnya.
bid’ah
orang, dimana shalawat ini tidak diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Jelas sekali, bahwa orang yang membaca shalawat buatan tersebut
tidaklah mendapatkan pahala karenanya dan perbuatan itu tertolak (tidak
diterima). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَهُوَ رَدٌّ
perintahkan, maka amalan itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
buatan tersebut, dan masih banyak selainnya:
shalaatan kaamilatan wa sallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina…dst.“
juga terdapat ghuluw (sikap berlebihan) dan syirknya, yaitu pada kata-kata,
“Alladziy tanhallu bihil ‘uqadu wa tanfariju bihil kurabu,”
(artinya: yang dengan Beliau maka segala ikatan terlepas dan segala penderitaan
hilang) namun sangat disayangkan banyak orang yang mengamalkannya, fa innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji’un.
takjub.
shalawat.
Khairat, contoh:
مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ الصَّلاَةِ شَيْءٌ وَارْحَمْ مُحَمَّدًا وَآلِ مُحَمَّدٍ
حَتَّى حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ الرَّحْمَةِ شَيْءٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ الْبَرَكَةِ شَيْءٌ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ السَّلاَمِ شَيْءٌ.
Muhammad sehingga tidak bersisa sedikit pun shalawat. Berilah rahmat kepada
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak bersisa sedikit pun
rahmat. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak
bersisa sedikit pun berkah. Dan berilah salam kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad sehingga tidak bersisa sedikit pun salam.”
shalawat ini mengandung kesalahan, seperti pada kata-kata, “sehingga tidak
bersisa sedikit pun rahmat,” padahal rahmat Allah begitu luas.
أَنْوَارِكَ وَمَعْدِنِ أَسْرَارِكَ وَلِسَانِ حُجَّتِكَ وَعَرُوْسِ مَمْلَكَتِكَ وَإِمَامِ
حَضْرَتِكَ وَطِرَازِ مُلْكِكَ وَخَزَائِنِ رَحْمَتِكَ … إِنْسَانٍ عَيْنِ الْوُجُوْدِ
وَالسَّبَبِ فِي كُلِّ مَوْجُوْدٍ…
sebagai lautan cahaya-Mu, lisan hujjah-Mu, pengantin kerajaan-Mu, imam di
hadapan-Mu, lukisan kerajaan-Mu, bendahara rahmat-Mu, manusia yang satu-satuya
berwujud dan sebab terhadap segala sesuatu yang berwujud.”
banyak ghuluw yang dibenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
نُوْرِهِ الْأَزْهَارُ …. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ اخْضَرَّتْ مِنْ بَقِيَّةِ
وُضُوْئِهِ الْأَشْجَارُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ فَاضَتْ مِنْ نُوْرِهِ جَمِيْعُ
الْأَنْوَارِ.
cahaya-Nya bunga-bunga terbuka. Ya Allah, berilah shalawat kepada orang yang
karena sisa wudhunya pohon-pohon menghijau. Ya Allah, berilah shalawat kepada
orang yang karena cahaya-Nya semua cahaya melimpah.”
shalawat-shalawat bid’ah ini, kami katakan, “Apakah kalian hendak
mendahului Allah dan Rasul-Nya?” Padahal Allah Azza wa Jalla berfirman,
آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ
Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah.” (QS.
Al Hujurat: 1)
shalawat-shalawat buatan tersebut, kami katakan sebagaimana perkataan Nabi Musa
‘alaihis salam kepada Bani Israil,
هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ
yang lebih baik?” (QS. Al Baqarah: 61)
agar Dia memberikan hidayah kepada kita dan mereka dan memudahkan kita
mengamalkannya.
wa shahbihi wa sallam.
Maraji’: Al Qur’anul Karim, Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah
Haditsiyyah Mushaghgharah dan Mausu’ah Ruwathil Hadits (Markaz Nurul
Islam), Jalaa’ul Afhaam (Ibnul Qayyim), Al Mishbahul Munir fii
Tahdzib Tafsir Ibni Katsir (Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri), Al Adzkar (Imam Nawawi), Shifat
Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (M. Nashirrudin Al Albani), Fadhlush
Shalati ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Abdul Muhsin Al ‘Abbad), Fadhlush
Shalati ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Isma’il bin Ishaq, tahqiq
Al Albani), Hishnul Muslim (Sa’id bin Ali Al Qahthani), Qaamusul
Bida’ (Masyhur bin Hasan Alu Salman), dll.
Ahzaab: 56 dan hadits Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu yang telah disebutkan
sebelumnya.

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.








