Uncategorized

BERDUSTA ATAS NAMA NABI DAPAT RUMAH DI JAHANNAM

BERDUSTA ATAS NAMA NABI DAPAT RUMAH DI
JAHANNAM

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Berdusta adalah perbuatan sangat tercela dalam
syariat Islam  dan termasuk salah satu
dosa besar. Dalam kitab al Kaba’ir, Imam adz Dzahabi menyebutkan bahwa berdusta
adalah termasuk salah satu dosa besar. Dalam hal ini beliau antara lain
membawakan firman Allah :

قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ

Terkutuklah orang orang yang banyak berdusta. (Q.S
adz Dzariyat 10).

Dan juga Imam adz Dzahabi membawakan sabda
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى
الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ
كَذَّابًا

Sesungguhnya kedustaan itu akan menjerumuskan
kejahatan. Dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke dalam neraka. Seorang yang
biasa berdusta maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai pendusta. (Muttafaq
‘alaihi).

Ketahuilah bahwa diantara perbuatan maksiat
YANG DINILAI SEBAGAI DOSA BESAR adalah diancam dengan TERKUTUK DAN DIANCAM
DENGAN NERAKA.     

Lalu ketika seseorang berdusta atas nama Nabi
Salallahu ‘alaihi Wasallam pasti SANGATLAH BESAR DOSANYA. Sungguh Nabi Salallahu
‘alaihi Wasallam telah memberikan peringatan keras kepada orang orang berdusta
atas nama beliau, sebagaimana hadits berikut ini :

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ
عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ
النَّارِ

Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah
sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku
secara sengaja, maka hendaklah dia MENEMPATI TEMPAT DUDUKNYA DI NERAKA. (H.R
Imam Bukhari  dan Imam Muslim, dari Mughirah).

Dan juga  Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :

فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ  بنيَ لَهُ
بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ

Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan
dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam. (H.R ath  Thabrani,
Mu’jamul Kabir).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata
tentang orang yang berdusta atas nama Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam,
misalnya :

(1) Dengan mengatakan bahwa Rasulullah telah
bersabda begini. Padahal beliau tidak pernah mengatakannya. Orang tersebut
hanya ingin berdusta mengatas namakan Rasulullah. 

(2) Demikian juga hal nya jika menjelaskan
makna hadits Rasulullah menggunakan sesuatu penjelasan  yang tidak
sesuai dengan maknanya. Maka berarti dia telah berdusta atas nama Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam. (Syarah al Kaba-ir).

Sungguh saat ini agak sering  kita menemukan hadits hadits palsu dan tak
jelas asal usulnya terutama sekali di media sosial. Diantaranya adalah ketika
bulan Ramadhan mau datang atau dalam bulan Ramadhan bermunculan hadits hadits
palsu tentang Ramadhan. Diantaranya yang cukup masyhur adalah :

“Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih,
tidurnya adalah ibadah, doanya mustajab dan amal dilipat gandakan”.
(H.R ad Dailami
dari Ibnu Umar).

 

Para ahli hadits menilai  sanad hadits ini adalah dha’if jiddan atau
lemah sekali. Jadi tidaklah bisa dijadikan hujjah. Syaikh al Albani dalam
Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ nomor 3784 menjelaskan bahwa kelemahannya
ada pada seorang diantara perawinya yaitu Rabi’ bin Badr. Dia adalah seorang
rawi yang ditinggalkan.

 

Ketika bulan Dzulhijjah datang maka
bermunculan pula hadits hadits palsu tentang kurban. Diantaranya yang cukup
masyhur  adalah : 

“Jadikanlah binatang kurban kalian itu
besar, karena dia akan menjadi tunggangan kalian saat melewati shirath”

Hadits ini tidak ada asal usulnya, dengan lafaz
seperti ini. Kemudian ad Dailami meriwayatkan dengan lafaz : “Sembelihlah binatang kurban yang kuat dan
gemuk karena dia akan menjadi tunggangan kalian saat melewati shirath.
Riwayat
ini pun lemah sekali. (Lihat Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ No.74, Syaikh
al Albani).

 

Sungguh Allah Ta’ala telah memberi peringatan
dalam firman-Nya :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang
tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua akan
diminta pertanggung jawabannya.  (Q.S al
Isra’ 36)

Oleh karena itu hamba hamba Allah janganlah bermudah
mudah membawakan hadits baik dalam ucapan maupun tulisan jika tak jelas
kedudukan suatu hadits. Bertakwalah kepada Allah Ta’ala dan mohonlah
pertolongan-Nya agar terhindar dari membawakan hadits yang palsu dan hadits
hadits yang tidak jelas asal usulnya.

 Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.038)


, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top