![]() |
para ibu fasik demonstrasi di Bekasi menentang Syariah Islam |
Bahaya Ide HAM Bagi Generasi
Kondisi
generasi muda di negeri ini sangat buruk. Berdasarkan data Komisi
Nasional Perlindungan Anak/Komnas Anak, sepanjang enam bulan pertama
tahun 2012 ada 139 kasus tawuran pelajar, 12 di antaranya menyebabkan
kematian. Remaja kita saat ini adalah generasi pemuja berhala kebebasan.
Kebebasan perilaku telah menjadi gaya hidup. Remaja kita larut dalam
pelukan kapitalisme-liberalisme yang menjanjikan mimpi-mimpi kenikmatan
duniawi. Aksi geng motor, tawuran, seks bebas, hamil di luar nikah,
aborsi, pelaku pelacuran remaja, narkoba, HIV/AIDS, gaya hidup
konsumtif dan individualis menjadi identik dengan remaja negeri ini.
Sangat sedikit kita temukan remaja yang berkepribadian mulia sebagaimana
diharapkan Umat Islam.
Selama
ini berbagai pihak kesulitan mengatasi permasalahan semacam ini. Karena
yang diupayakan adalah solusi yang tidak komprehensif, cenderung saling
kontradiktif dan pragmatis. Masalah tawuran, misalnya, diatasi dengan
mendorong orangtua lebih perhatian pada anak, menguatkan ikatan cinta,
dan semisalnya. Namun, lingkungan dan media massa secara legal
menghancurkan apa yang dibangun orangtua yang saleh ini. Sebagian
orangtua lainnya kesulitan mendidik karena minim pemahaman. Sebagian
lagi ada para ibu yang tidak mendampingi pendidikan anak-anaknya karena
sibuk mengembangkan usaha atau mengejar karir, kadang alasannya ‘demi
anak’ juga.
Demikian
pula ketika disuarakan perubahan kurikulum. Pendidikan karakter,
misalnya. Karakter yang bersumber dari mana jika bukan Islam dan
syariatnya? Siapa teladannya jika bukan Rasul dan para sahabatnya? Di
mana-mana yang mereka lihat adalah perilaku curang, kekerasan, hedonis,
pelacuran dan pornografi. Bagaimana bisa terbangun karakter mulia bagi
seluruh generasi? Upaya-upaya semacam ini hanya pragmatis, tidak
bertahan lama, dan hanya menghentikan sementara masalah yang ada karena
tidak menyentuh akar masalah.
Akar
dari persoalan-persoalan masyarakat semacam itu adalah kapitalisme dan
sekularisme yang mendasari seluruh aspek kehidupan bangsa ini! Sistem
sekularisme kapitalisme yang diadopsi sebagai ideologi negara ini telah
melahirkan kebebasan berkeyakinan, berperilaku, berpendapat dan
menguasai harta. Inilah yang mendasari penerapan konsep hak asasi
manusia (HAM). Akibatnya, semua orang termasuk remaja merasa berhak
berbuat apapun. Perbuatan-perbuatan asusila dan kriminal jadi dianggap
biasa. Bahaya HAM juga tampak di AS di mana ada 2 negara bagian setujui
pernikahan gay dan 2 lainnya setujui legalisasi ganja untuk merokok
(kompas.com, 7/11/2012).
Sekularisme
yang mewarnai sistem pendidikan menjadikan pendidikan agama hanya
formalitas belaka, tidak ada prinsip untuk menjadikan tuntunan agama
dipahami dan diamalkan oleh anak didik sehingga membentuk
kepribadiannya. Karena itu, sistem pendidikan telah gagal menghasilkan
sumberdaya manusia yang berkualitas, yang memiliki iman dan takwa yang
kuat dalam kehidupan.
Perhatian
terhadap pendidikan keluarga Islam bertolak belakang dengan
kebijakan-kebijakan pendidikan dan prinsip-prinsip ekonomi yang dibangun
di negeri ini. Orientasi yang ditanamkan kepada siswa adalah orientasi
materialistik. Bagaimana menyumbangkan potensi diri guna menghasilkan
materi semata. Kampanye kesetaraan jender pun marak. Perempuan didorong
untuk meninggalkan rumahnya untuk berpartisipasi materi. Berikutnya
muncul masalah dalam rumah tangga dan pendidikan anak.
Inilah
yang kita lihat sebagai masalah kompleks yang tidak menyelesaikan
persoalan generasi. Masalahnya sistemik, bermuara pada kebijakan
pemerintah yang tidak berdasar Islam. Padahal Islam menyediakan solusi
tuntas segala macam perkara. Paradigma negara yang bertanggung jawab
penuh terhadap seluruh urusan rakyat saat ini tidak ada. Semua urusan
rakyat dikerjasamakan dengan swasta. Ketika melihat ada ‘potensi pajak’,
maka semua ide, lembaga dan aktivitas apa pun akan difasilitasi di
tengah masyarakat. Apa sulitnya melarang semua tayangan porno, vulgar
dan kekerasan? Mengapa tidak melarang media yang mengkampanyekan
liberalisme, gaya hidup bebas dan hedonis? Itu hanya karena alasan HAM
dan materi.
Dalam
pandangan Islam, negara adalah penanggung jawab semua pemenuhan
kebutuhan rakyat. Dengan semua kebijakan sesuai Islam, negara
berparadigma melayani semua urusan rakyat dan tidak berkompromi terhadap
hal-hal yang buruk bagi masyarakat dengan alasan apa pun. Negara yang
beriman dan bertakwa memerankan diri sebagai pelindung/perisai agar umat
terlindungi dari ide-ide yang merusak.
Lalu
apa yang bisa dilakukan bagi pembinaan generasi, sekaligus menjadi
kekuatan luar biasa untuk melakukan perubahan mendasar? Umat yang
terdidik baik dan terbina kepribadiannya bisa menjadi orangtua bagi
lahirnya generasi berkualitas. Mereka juga bisa mewujudkan sikap hidup
mencegah kemunkaran dan mengajak pada kebaikan terhadap lingkungan yang
rusak. Bila sistem saat ini telah nyata melahirkan potret buram
generasi, maka harus ada perubahan sistem. Sistem ideal itu adalah
Khilafah Islamiyah. Untuk melakukan itu, kita bisa bersama-sama ikut
dalam pembinaan Islam. Bersama-sama menyadarkan umat akan kekeliruan
sistem saat ini, juga menunjukkan berbagai bahaya yang deras menyerang
masyarakat beserta solusinya.
Annas I. Wibowo, SESimpatisan Hizbut Tahrir IndonesiaDaerah Bontang

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.