
Islamedia – Bulan
Juni tahun 2010 kejadian itu menimpa keluarga kami. Kejadian yang sangat
menyedihkan dan membuat kami semua terluka, terutama Ibuku. Sepeninggalan Abah,
Ibuku tinggal sendirian di rumah,
sementara aku dan adikku sekolah keluar kampung. Sedangkan keempat kakakku
sudah memiliki keluarga masing-masing, satu orang (kakak laki-lakiku) tinggal
di Sibolga-Medan dan tiga orang kakak perempuanku saja yang masih tinggal satu
kampung dengan Ibuku. Memang semenjak Abah tidak ada lagi, aku merasa kami jarang sekali
dapat berkumpul, kecuali pada hari raya.
Juni tahun 2010 kejadian itu menimpa keluarga kami. Kejadian yang sangat
menyedihkan dan membuat kami semua terluka, terutama Ibuku. Sepeninggalan Abah,
Ibuku tinggal sendirian di rumah,
sementara aku dan adikku sekolah keluar kampung. Sedangkan keempat kakakku
sudah memiliki keluarga masing-masing, satu orang (kakak laki-lakiku) tinggal
di Sibolga-Medan dan tiga orang kakak perempuanku saja yang masih tinggal satu
kampung dengan Ibuku. Memang semenjak Abah tidak ada lagi, aku merasa kami jarang sekali
dapat berkumpul, kecuali pada hari raya.
17
(tujuh belas) hari sebelum Abah meninggal dunia, beliau meminta agar rumah yang
sudah belasan tahun kami tempati agar segera
dijual saja. katanya biar orang-orang mudah mengunjunginya apabila terjadi
sesuatu, karena rumah kami itu letaknya dipinggir sungai, selain sulit untuk
dikunjungi,
rumahnya juga gampang rusak karena tanahnya longsor akibat terkikis air sungai.
Oleh karena itu, Ibu dan semua menyetujui keinginan Abah tersebut.
(tujuh belas) hari sebelum Abah meninggal dunia, beliau meminta agar rumah yang
sudah belasan tahun kami tempati agar segera
dijual saja. katanya biar orang-orang mudah mengunjunginya apabila terjadi
sesuatu, karena rumah kami itu letaknya dipinggir sungai, selain sulit untuk
dikunjungi,
rumahnya juga gampang rusak karena tanahnya longsor akibat terkikis air sungai.
Oleh karena itu, Ibu dan semua menyetujui keinginan Abah tersebut.
Setelah
rumah dijual, untuk sementara waktu sampai ada rumah yang baru,Ibu, Abah, dan satu orang adikku yang saat itu
masih tinggal dan sekolah di kampung halaman kami, pindah ke rumah kakak
ketigaku. Rumahnya terletak dipersimpangan tiga jalan yang strategis dan mudah
dikunjungi warga kampung dari berbagai arah. Abah
memang cukup dikenal oleh warga, karena sebelumnya Abah berjualan menjajakan BJ
alias pakaian bekas, selain itu Abah juga sebagai salah seorang imam langgar
dan dimana saja dia singgah untuk melaksanakan shalat. Semua kenangan saat
bersamanya masih teringat jelas dibenakku, suara
saat melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an.
rumah dijual, untuk sementara waktu sampai ada rumah yang baru,Ibu, Abah, dan satu orang adikku yang saat itu
masih tinggal dan sekolah di kampung halaman kami, pindah ke rumah kakak
ketigaku. Rumahnya terletak dipersimpangan tiga jalan yang strategis dan mudah
dikunjungi warga kampung dari berbagai arah. Abah
memang cukup dikenal oleh warga, karena sebelumnya Abah berjualan menjajakan BJ
alias pakaian bekas, selain itu Abah juga sebagai salah seorang imam langgar
dan dimana saja dia singgah untuk melaksanakan shalat. Semua kenangan saat
bersamanya masih teringat jelas dibenakku, suara
saat melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an.
Beberapa
bulan kemudian, setelah kepergian Abah, dengan uang sisa hasil penjualan rumah
yang lama, Ibu
membeli tanah yang ada tepat di samping rumah kakakku dimana tempat Ibu
menumpang sebelumnya. Walaupun Ibu sendirian, dia tetap yakin akan mampu
memiliki rumah sendiri lagi. Sedikit demi sedikit dengan membayar seorang
tukang Ibu membangun rumah untuk tempat tinggalnya dan tempat kami berkumpul
saat hari raya tiba. Berbagai keadaan yang sulit Ibu hadapi sendirian, mungkin
dengan Allah yang selalu ada untuknya.
bulan kemudian, setelah kepergian Abah, dengan uang sisa hasil penjualan rumah
yang lama, Ibu
membeli tanah yang ada tepat di samping rumah kakakku dimana tempat Ibu
menumpang sebelumnya. Walaupun Ibu sendirian, dia tetap yakin akan mampu
memiliki rumah sendiri lagi. Sedikit demi sedikit dengan membayar seorang
tukang Ibu membangun rumah untuk tempat tinggalnya dan tempat kami berkumpul
saat hari raya tiba. Berbagai keadaan yang sulit Ibu hadapi sendirian, mungkin
dengan Allah yang selalu ada untuknya.
Hari
raya indul fitri tahun 2006, rumah yang Ibu bangun masih 1/3 (sepertiga) yang
jadi, aku kembali ke sana.
Sedih saat melihatnya, ditambah lagi kakak laki-lakiku satu-satunya tidak dapat
kembali ke kampung untuk berkumpul bersama kami karena dia harus mengikuti
pendidikan di Malang
(Jawa Timur). Ibu menangis
saat mendengarnya, karena baru kali pertama kami merayakan idul fitri tanpa ada
Abah dan kakak laki-laki sebagai wali pengganti Abah. Tetapi,melihat semangat Ibu yang gigih dan tangguh aku
menjadi yakin dan percaya semua itu pasti akan segera berlalu dengan baik. Yang
membuat aku kagum adalah dalam keadaan sesulit apapun Ibu tidak pernah
meninggalkan shalatnya, alunan ayat-ayat suci al-Qur’an begitu merdu karena Ibu
memang seorang Qariah. Aku dan adikku yang sedari kecil memang telah dididik
oleh kedua orangtua kami untuk selalu taat kepada perintah yang Maha Kuasa
(Allah), juga tidak ingin kalah dengan apa yang dilakukan Ibu. Semua ilmu agama
yang telah mereka ajarkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari kini sudah mendarah daging di dalam diri kami dan mampu menjaga kami dari perbuatan yang
tidak baik.
raya indul fitri tahun 2006, rumah yang Ibu bangun masih 1/3 (sepertiga) yang
jadi, aku kembali ke sana.
Sedih saat melihatnya, ditambah lagi kakak laki-lakiku satu-satunya tidak dapat
kembali ke kampung untuk berkumpul bersama kami karena dia harus mengikuti
pendidikan di Malang
(Jawa Timur). Ibu menangis
saat mendengarnya, karena baru kali pertama kami merayakan idul fitri tanpa ada
Abah dan kakak laki-laki sebagai wali pengganti Abah. Tetapi,melihat semangat Ibu yang gigih dan tangguh aku
menjadi yakin dan percaya semua itu pasti akan segera berlalu dengan baik. Yang
membuat aku kagum adalah dalam keadaan sesulit apapun Ibu tidak pernah
meninggalkan shalatnya, alunan ayat-ayat suci al-Qur’an begitu merdu karena Ibu
memang seorang Qariah. Aku dan adikku yang sedari kecil memang telah dididik
oleh kedua orangtua kami untuk selalu taat kepada perintah yang Maha Kuasa
(Allah), juga tidak ingin kalah dengan apa yang dilakukan Ibu. Semua ilmu agama
yang telah mereka ajarkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari kini sudah mendarah daging di dalam diri kami dan mampu menjaga kami dari perbuatan yang
tidak baik.
Empat
(4) tahun berlalu setelah kepergian Abah dan Ibu berusaha membangun rumah
tempat tinggal kami, sekarang sudah selesai dengan baik. Ibu sudah dapat
bernafas lega, tidur nyenyak dan aman. Teladan ketangguhan, kegigihan,
keberanian dan kesabaran serta keikhlasan telah Ibu berikan kepada kami. Ibuku mampu
bangkit kembali.
(4) tahun berlalu setelah kepergian Abah dan Ibu berusaha membangun rumah
tempat tinggal kami, sekarang sudah selesai dengan baik. Ibu sudah dapat
bernafas lega, tidur nyenyak dan aman. Teladan ketangguhan, kegigihan,
keberanian dan kesabaran serta keikhlasan telah Ibu berikan kepada kami. Ibuku mampu
bangkit kembali.
Tetapi
sayang, menjelang Ramadhan Juni 2010 keluarga kami
kembali mengalami masa-masa yang sulit. Rumah yang selama empat (4) tahun Ibuku bangun dan telah kami tempati akan dibongkar
habis-habisan.
sayang, menjelang Ramadhan Juni 2010 keluarga kami
kembali mengalami masa-masa yang sulit. Rumah yang selama empat (4) tahun Ibuku bangun dan telah kami tempati akan dibongkar
habis-habisan.
Pasalnya
ada seorang propokator yang menyuruh seseorang untuk mengakui bahwa tanah dimana
rumah kami dibangun itu ada termasuk tanahnya sekitar 1 meter lebar dan 25 meter yang terselip antara rumah kami dengan jalan Desa.
Propokator itu tidak lain adalah orang yang selama ini dibayar Ibuku untuk membangun rumah tersebut. Tidak habis pikir dan sangat tidak masuk akal apa yang dia
lakukan itu, dan entah apa yang membuat orang tersebut mau menuruti keinginan
tukang tersebut. Kongkalikong dan cerita mereka kemas sedemikian rupa.
ada seorang propokator yang menyuruh seseorang untuk mengakui bahwa tanah dimana
rumah kami dibangun itu ada termasuk tanahnya sekitar 1 meter lebar dan 25 meter yang terselip antara rumah kami dengan jalan Desa.
Propokator itu tidak lain adalah orang yang selama ini dibayar Ibuku untuk membangun rumah tersebut. Tidak habis pikir dan sangat tidak masuk akal apa yang dia
lakukan itu, dan entah apa yang membuat orang tersebut mau menuruti keinginan
tukang tersebut. Kongkalikong dan cerita mereka kemas sedemikian rupa.
Mereka pun baru akan membuatkan sertifikat atas tanah tersebut jika Ibu kami mau
membeli/membayarnya. Jelas Ibuku tidak mau melakukan transaksi atas sesuatu
yang tidak jelas dan pasti. Satu-satunya cara untuk menguatkan apa yang telah
dikatakan Ibuku adalah saksi pada saat serah terima jual beli antara keluarga
kami dengan penjual, karena penjual/pemilik tanah sebelumnya telah meninggal
dunia. Akan tetapi, dua orang saksi tersebut bersikeras tidak mau bersaksi dan
mengatakan tidak tahu akan masalah tersebut,
maka tertutuplah sudah harapan kami satu-satunya itu. Yang lebih tidak masuk
akal lagi adalah Si tukang
pembuat rumah Ibuku itu tidak memberitahukan sebelumnya akan masalah tanah
tersebut jika dia memang benar-benar mengetahui sebagaimana pengakuanya,
padahal sejak awal pembuatan dialah yang mengerjakannya.
membeli/membayarnya. Jelas Ibuku tidak mau melakukan transaksi atas sesuatu
yang tidak jelas dan pasti. Satu-satunya cara untuk menguatkan apa yang telah
dikatakan Ibuku adalah saksi pada saat serah terima jual beli antara keluarga
kami dengan penjual, karena penjual/pemilik tanah sebelumnya telah meninggal
dunia. Akan tetapi, dua orang saksi tersebut bersikeras tidak mau bersaksi dan
mengatakan tidak tahu akan masalah tersebut,
maka tertutuplah sudah harapan kami satu-satunya itu. Yang lebih tidak masuk
akal lagi adalah Si tukang
pembuat rumah Ibuku itu tidak memberitahukan sebelumnya akan masalah tanah
tersebut jika dia memang benar-benar mengetahui sebagaimana pengakuanya,
padahal sejak awal pembuatan dialah yang mengerjakannya.
Biar
bagaimanapun Ibuku bersikeras tidak akan memenuhi keinginan mereka, dan
sebaliknya mereka bersikeras mengakui tanah tersebut dan meminta Ibuku
membayarnya dengan harga yang tidak masuk akal. Ibuku yang saat itu tinggal
dengan nenekku,
diserang oleh keluarga pengaku tanah tersebut, mereka memaksa Ibuku memilih
membayar tanah atau membongkar rumahnya. Ibuku memilih untuk membongkar
rumahnya. Mereka marah dengan pilihan Ibu, oleh karenanya mereka meminta Ibuku
membongkar rumah tersebut dengan waktu 1 hari saja. Hal yang tidak mungkin
dilakukan oleh seorang perempuan janda tua seperti Ibuku apalagi nenekku. Betapa terkejutnya Ibuku, peralatan rumah yang
akan dibongkar tersebut ingin digunakan untuk membangun ulang lagi rumahnya dan
bukan dibongkar rusak begitu saja.
bagaimanapun Ibuku bersikeras tidak akan memenuhi keinginan mereka, dan
sebaliknya mereka bersikeras mengakui tanah tersebut dan meminta Ibuku
membayarnya dengan harga yang tidak masuk akal. Ibuku yang saat itu tinggal
dengan nenekku,
diserang oleh keluarga pengaku tanah tersebut, mereka memaksa Ibuku memilih
membayar tanah atau membongkar rumahnya. Ibuku memilih untuk membongkar
rumahnya. Mereka marah dengan pilihan Ibu, oleh karenanya mereka meminta Ibuku
membongkar rumah tersebut dengan waktu 1 hari saja. Hal yang tidak mungkin
dilakukan oleh seorang perempuan janda tua seperti Ibuku apalagi nenekku. Betapa terkejutnya Ibuku, peralatan rumah yang
akan dibongkar tersebut ingin digunakan untuk membangun ulang lagi rumahnya dan
bukan dibongkar rusak begitu saja.
Spontan,
nenekku yang mendengar hal tersebut berlari menuju rumah kakak-kakakku untuk
meminta pertolongan agar Ibu dibantu membongkar rumahnya. Hanya ada satu orang suami kakakku pada saat itu
yang ikut membantu Ibuku. Sebelumnya dia pergi ke rumah kepala desa untuk
melaporkan apa yang sebenarnya terjadi. Untungnya kepala desa sigap langsung
datang ke rumah Ibuku dengan beberapa orang pegawainya, untuk menanyakan dan
mengukur tanahnya agar pasti dan jelas. Oleh karena itu, mereka (para pengaku)
tanah tersebut tidak dapat melakukan apa-apa lagi kecuali pasrah menuruti
perintah Kepala Desa. Dalam
waktu dua minggu rumah Ibuku baru selesai dibongkar dan Ramadhan pun tiba.
nenekku yang mendengar hal tersebut berlari menuju rumah kakak-kakakku untuk
meminta pertolongan agar Ibu dibantu membongkar rumahnya. Hanya ada satu orang suami kakakku pada saat itu
yang ikut membantu Ibuku. Sebelumnya dia pergi ke rumah kepala desa untuk
melaporkan apa yang sebenarnya terjadi. Untungnya kepala desa sigap langsung
datang ke rumah Ibuku dengan beberapa orang pegawainya, untuk menanyakan dan
mengukur tanahnya agar pasti dan jelas. Oleh karena itu, mereka (para pengaku)
tanah tersebut tidak dapat melakukan apa-apa lagi kecuali pasrah menuruti
perintah Kepala Desa. Dalam
waktu dua minggu rumah Ibuku baru selesai dibongkar dan Ramadhan pun tiba.
Kami
yang berada dikosan, tidak dapat tenang mendengar berita kejadian tersebut.
Hanya berdo’a dan menangis yang dapat kami lakukan. Sakit dan sedih sekali
rasanya ketika rumah yang mati-matian dibangun dengan jerih payah Ibuku harus
dibongkar begitu saja. Tidak
ada hari tanpa air mata saat itu, karena memikirkan keadaan dan nasib Ibu kami.
Betapa kejam orang yang telah melaku hal tersebut. Pertengahan bulan Ramadhan, kami baru dapat libur dan
pulang ke kampung. Rasa sedih dan sakit semakin mengiris ketika aku sampai di
depan rumah Ibuku yang beberapa waktu sebelumnya saat aku pulang rumah itu masih
berdiri kokoh, telah
menjadi puing-puing reruntuhan. Melihat Ibuku yang ikut bekerja membantu
suami-suami kakak-kakakku mendirikan kembali rumah tersebut, dia masih dapat
tersenyum dan membuat kami tersenyum pula. Betapa tangguhnya perempuan yang
telah melahirkan dan membesarkanku selama ini. Tinggal di pondok ¼ bangunan
yang sudah didirikan ulang berdinding
tempelan-tempelan tripleks dan terpal. Tetapi gurauan/candaan yang dilakukan
kakak-kakak iparku mampu menyihir keadaan menjadi ceria penuh senyuman dan
tawa, menambah semangat dan kekuatan bagi kami. Peristiwa
empat (4) tahun sebelumnya
kembali terulang, puasa dan lebaran di rumah gubuk yang sempit.
yang berada dikosan, tidak dapat tenang mendengar berita kejadian tersebut.
Hanya berdo’a dan menangis yang dapat kami lakukan. Sakit dan sedih sekali
rasanya ketika rumah yang mati-matian dibangun dengan jerih payah Ibuku harus
dibongkar begitu saja. Tidak
ada hari tanpa air mata saat itu, karena memikirkan keadaan dan nasib Ibu kami.
Betapa kejam orang yang telah melaku hal tersebut. Pertengahan bulan Ramadhan, kami baru dapat libur dan
pulang ke kampung. Rasa sedih dan sakit semakin mengiris ketika aku sampai di
depan rumah Ibuku yang beberapa waktu sebelumnya saat aku pulang rumah itu masih
berdiri kokoh, telah
menjadi puing-puing reruntuhan. Melihat Ibuku yang ikut bekerja membantu
suami-suami kakak-kakakku mendirikan kembali rumah tersebut, dia masih dapat
tersenyum dan membuat kami tersenyum pula. Betapa tangguhnya perempuan yang
telah melahirkan dan membesarkanku selama ini. Tinggal di pondok ¼ bangunan
yang sudah didirikan ulang berdinding
tempelan-tempelan tripleks dan terpal. Tetapi gurauan/candaan yang dilakukan
kakak-kakak iparku mampu menyihir keadaan menjadi ceria penuh senyuman dan
tawa, menambah semangat dan kekuatan bagi kami. Peristiwa
empat (4) tahun sebelumnya
kembali terulang, puasa dan lebaran di rumah gubuk yang sempit.
Dalam
keadaan tersebut tetap tidak menyurutkan sedikitpun keimanan kami. Kami percaya
semua akan ada hikmahnya. Mendekatkan diri
dan bero’a memohon diberi kemudahan dan kelancaran melewati semua. Salah satu
hikmah yang dapat kami petik adalah bahwa Allah betapa sangat menyayangi dan
mencintai kami, Dia melindungi kami dari berbuat
atau menikmati sesuatu yang bukan menjadi hak kami. Allah tidak ingin kami
mendapatkan dosa, sehingga dengan cara-Nya yang terbaik Dia memberi petunjuk
dan jalan kepada kami untuk keluar darinya. Jika tidak, mungkin akan selamanya
kami menikmati sesuatu yang bukan hak kami itu.
keadaan tersebut tetap tidak menyurutkan sedikitpun keimanan kami. Kami percaya
semua akan ada hikmahnya. Mendekatkan diri
dan bero’a memohon diberi kemudahan dan kelancaran melewati semua. Salah satu
hikmah yang dapat kami petik adalah bahwa Allah betapa sangat menyayangi dan
mencintai kami, Dia melindungi kami dari berbuat
atau menikmati sesuatu yang bukan menjadi hak kami. Allah tidak ingin kami
mendapatkan dosa, sehingga dengan cara-Nya yang terbaik Dia memberi petunjuk
dan jalan kepada kami untuk keluar darinya. Jika tidak, mungkin akan selamanya
kami menikmati sesuatu yang bukan hak kami itu.
Diluar
dugaan, dalam waktu kurang dari dua (2) tahun dengan kerja keras dan takadnya,
Ibuku kembali berhasil membangun rumahnya yang baru yang lebih kokoh dan bagus
menurutku dari sebelumnya. Bahkan, kini Ibuku berhasil mewujudkan cita-cita
yang selama ini menjadi harapan terbesar dalam hidupnya yaitu menyetor uang untuk
naik haji. Semua sangat terasa jauh lebih mudah dan indah. Allah telah melancar
rezeki untuk Ibuku dibalik semua peristiwa yang menimpa. Allah mengabulkan do’a
yang kami mohonkan hanya kepada-Nya.
dugaan, dalam waktu kurang dari dua (2) tahun dengan kerja keras dan takadnya,
Ibuku kembali berhasil membangun rumahnya yang baru yang lebih kokoh dan bagus
menurutku dari sebelumnya. Bahkan, kini Ibuku berhasil mewujudkan cita-cita
yang selama ini menjadi harapan terbesar dalam hidupnya yaitu menyetor uang untuk
naik haji. Semua sangat terasa jauh lebih mudah dan indah. Allah telah melancar
rezeki untuk Ibuku dibalik semua peristiwa yang menimpa. Allah mengabulkan do’a
yang kami mohonkan hanya kepada-Nya.
Nurmah
Telanaipura, Kota Jambi
Jambi
[Lomba #AYTKTM]

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.