Artikel

Apakah pelaku maksiat tidak boleh mencintai Allah? (Hikmah Kisah Majnun Laila dan shahabat Rasul)

Oleh: Al-Faqir Abu Muhammad

bersamaislam.comBismillah, dosa adalah sesuatu yang timbul diakibatkan oleh perlakuan durhaka kita kepada yang maha kuasa. Pelakunya sering disebut dengan “pendosa atau ahli maksiat”, para pendosa didalam Al-Qur’an sering disebut dengan orang fasiq atau orang yang tahu kebenaran namun ia malah melakukan perbuatan yang sebaliknya dari kebenaran itu.

Yang menjadi pertanyaan, apakah ahli maksiat (orang yang sering melakukan maksiat) tidak pantas untuk mencintai atau dicintai Allah?
Hakikat “PECINTA”
Dalam sebuah syair bahasa arab disebutkan (yang artinya); “sesungguhnya pecinta sejati itu senantiasa taat kepada yang dicintainya”. Nah, dari syair ini kita bisa mengambil ibrah (pelajaran) bahwa seharusnya jika kita mengaku cinta kepada rabb kita (Allah) maka sudah semestinya kita senantiasa berlaku taat kepada Dia, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh rasa sukarela dan senang hati. Pecinta yang sejati tak pernah mengeluh dengan semua keadaan yang Allah berikan kepadanya, ia selalu berhusnudzan kepada setiap ketentuan Allah, dan selalu mengingat-Nya didalam hati dan pikirannya.
Mereka yang mengaku cinta (kepada sesuatu atau pun seseorang) sudah menjadi sunnatullah, bahwasannya dia akan mencintai pula segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Misalnya saja, mereka yang mengaku fans club bola Persib Bandung, pasti selalu suka dengan berbagai hal yang berkaitan dengan Persib, mulai dari jersey sampai ukuran sepatu pemainnya pun mereka hafal. MasyaAllah inilah kekuatan cinta, cinta itu mencerdaskan seseorang pada bab yang berkaitan dengan sesuatu yang ia cintai itu.
Disebutkan dalam sebuah hikayat tentang kisah cinta Majnun Laila yang sangat dramatis, bahkan mungkin orang yang tak membaca sejarah pasti menyangkal dan menolak cerita Majnun Laila ini, saking ngerinya cinta majnun dengan laila, dikisahkan:
“Suatu saat majnun sedang berjalan disebuah desa, kemudian ia melihat seekor anjing, tanpa pikir panjang, ia langsung membersihkan anjing itu, memakaikan wewangian parfum kepadanya lalu mengelus-elus dan memeluknya. Tiba-tiba lewatlah seseorang sambil berkata “hey majnun, itu yang kamu peluk itu anjing, bukan laila kekasihmu”, dengan tersenyum majnun menjawab ” aku tahu dia ini bukan laila melainkan anjing, tapi ini bukan anjing sembarangan, ini adalah anjing yang berasal dari kota laila kekasihku”. 
MasyaAllah, kisah cinta yang sangat menginspirasi sekaligus membuat kita merinding ngeri. Inilah bukti, bahwasanya cinta itu menyebar dan menginveksi, bukan hanya kepada yang dicintai namun merembet kepada semua hal yang berkaitan dengan yang dicintai tersebut.
Inilah hakikat cinta dan pecinta yang sejati.
Ahli maksiat yang mencintai Allah
Jika kita baca tulisan diatas, maka bisa kita hukumi bahwa pelaku maksiat itu pasti adalah orang yang tidak punya rasa cinta kepada Allah, karena ia selalu melanggar perintah Allah. 
Namun, tahukah kalian bahwa dizaman nabi SAW pernah ada seorang pelaku maksiat yang sangat mencintai Allah, gimana kisahnya? begini?
Suatu saat dizaman rasul, ada seorang sahabat yang bernama Abdullah yang berjuluk khimar. Ia adalah seorang yang senang sekali meminum khamr sekaligus menjadi orang yang seringkali dihukum cambuk karena ketahuan sedang minum khamr, saking seringnya ia dihukum, para sahabat lain merasa geram dan puncaknya ketika ia dihukum cambuk (jilid), ada seorang sahabat berkata “Ya Allah laknatilah ia, karena ia sudah sangat sering sekali dihukum cambuk karena khamr“, akan tetapi tenyata rasul “membela” Abdullah dengan mengatakan “janganlah kamu melaknatinya, karena dia adalah orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya”. (dari kitab hikayah shobahah)
Allahu akbar, bagi saya (penulis) pribadi ini adalah kisah yang sangat mengharukan sekaligus menyenangkan, karena dengan adanya kisah ini membuat kita para ahli maksiat tidak berputus asa untuk senantiasa mengharap cinta Allah dan belas kasih-Nya.
Kesimpulan

1. Pecinta sejati adalah ia yang senantiasa menaati Allah dan rasul-Nya, menjalankan syariat dengan penuh taat dan menjauhi larangan dengan penuh takut.
2. Jangan pernah berhenti berharap belas kasih Allah sekalipun kita ahli maksiat, karena cinta Allah diberikan-Nya kepada siapa saja yang Ia kehendaki
3. Jangan pernah mencela pelaku maksiat karena kita tidak pernah tahu seberapa tinggi derajat seseorang dihadapan Allah, bisa jadi siapa yang kita sangka Ahli maksiat adalah sebenarnya kekasih Allah yang senantiasa bertobat dan meminta ampun kepadan-Nya, selalu membasahi matanya dengan tangisan penyesalan, dan mendoakan kebaikan kepada seluruh makhluk-Nya, menebar kasih tanpa pilih dan tak menyimpan dendam meski seberat biji kurma.
Demikian, semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam.

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top