Keluarga

Agar Konflik Tidak Merusak Rumah Tangga Anda

konflik rumah tangga

Islamedia – Mungkin memang benar teori yang menyatakan
bahwa konflik itu tidak bisa dihindari, karena potensi konflik ada dalam
diri setiap orang. Dalam seluruh konteks, baik dalam keluarga,
masyarakat, organisasi, atau negara. Coba saja perhatikan, ketika
memulai sebuah rumah tangga baru, hari pertama dalam kehidupan mereka,
sudah akan muncul potensi konflik, dari yang paling sederhana. “Hari ini
kita masak apa?” Jawaban dari pertanyaan ini sudah bisa menyulut
konflik.


Setiap orang punya selera makan yang berbeda.
Citarasa masakan yang kita senangi selalu terpengaruh oleh citarasa
masakan ibu kita dan citarasa kampung halaman masing-masing. Citarasa
masakan orang Jawa berbeda dengan citarasa masakan Padang, berbeda pula
dengan citarasa masakan Ambon. Sama-sama Jawa, citarasa masakan Jawa
Timur berbeda dengan citarasa masakan Jawa Tengah. Sama-sama Jawa
Tengah, citarasa masakan Solo berbeda dengan citarasa masakan Banyumas.

Sama-sama berasal dari daerah Solo, citarasa
masakan ibu saya berbeda dengan citarasa masakan ibu isteri saya. Nah,
ini masalah yang sangat sederhana, namun bisa memunculkan konflik
apabila antara suami dan isteri tidak memiliki kemampuan untuk menahan
diri dan berusaha saling menyesuaikan dengan harapan pasangan.

Sekedar urusan monosodium glutamat (MSG)
sebagai bumbu masak, sudah bisa memunculkan konflik antara suami dan
isteri. Suami dididik dalam lingkungan keluarga yang selalu menggunakan
MSG dalam setiap masakan, sedang isteri dilahirkan dari lingkungan
keluarga yang anti-MSG.

Itu baru masalah yang sederhana, sekedar
citarasa masakan. Belum lagi menyangkut kebiasaan hidup, orientasi
kehidupan, sampai pada masalah pendidikan anak, afiliasi partai politik,
afiliasi ormas, dan lain sebagainya. Semua bisa menjadi potensi
konflik, karena masing-masing pihak memiliki kecenderungan yang berbeda
sejak dilahirkan.

Untuk itu, yang diperlukan adalah usaha sadar
untuk mengelola potensi konflik, sehingga mengurangi peluang terjadinya
konflik serta membuat konflik tidak menyebabkan hilangnya keharmonisan
hubungan suami isteri. Di antara cara yang bisa dilakukan untuk maksud
itu adalah dengan melakukan beberapa langkah berikut sebelum terjadinya
konflik rumah tangga.

Sedia Payung Sebelum Hujan

Prinsip ini sangat tepat diaplikasikan dalam
kehidupan rumah tangga. Sediakan payung sebelum musim hujan tiba,
sediakan lilin sebelum pemadaman listrik oleh PLN, sediakan kedewasaan
jiwa sebelum konflik tiba. Dalam kehidupan keluarga, ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan sebelum datangnya konflik, diantaranya
adalah sebagai berikut:

Pertama, milikilah kesepakatan dengan pasangan, bagaimana langkah keluar dari konflik
Ini contoh aplikasi dari prinsip sedia payung
sebelum hujan. Kesepakatan antara suami dan isteri ini sangat penting
dibuat di saat suasana nyaman dan tidak ada konflik. Buat “road map”
atau “plan” bagaimana langkah untuk keluar dari konflik. Apa yang akan
anda lakukan berdua, jika konflik melanda keluarga anda? Pertanyaan ini
penting untuk dijawab sebelum benar-benar terjadi konflik. Karena
konflik pasti akan terjadi suatu saat nanti dalam kehidupan keluarga
anda, maka anda harus sudah memiliki jawaban tersebut sebelum bertemu
realitas konflik.

Setiap pasangan akan memiliki karakter yang
berbeda dalam pembuatan langkah ini. Semua tergantung dari sifat,
karakter, pendidikan, kebiasaan suami dan isteri selama ini, serta corak
komunikasi serta interaksi yang mereka biasakan dalam keluarga. Langkah
yang akan diambil oleh setiap keluarga bisa berbeda, namun payung
tersebut sangat penting untuk disediakan agar ketika hujan tiba, tidak
bingung mencari alat pelindung diri.

Kedua, kuatkan motivasi ibadah
Sejak memasuki gerbang pernikahan, tanamkan
dengan kuat dalam diri bahwa pernikahan dan keluarga adalah ibadah.
Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan bahtera kehidupan rumah tangga
anda. Jika anda selalu menguatkan motivasi ibadah dalam rumah tangga,
akan membawa suasana yang nyaman dalam kehidupan. Motivasi ibadah ini
sesungguhnya telah meredam banyak sekali potensi konflik. Masing-masing
pihak akan selalu sadar bahwa kehidupan rumah tangga bukanlah bebas
nilai, bukan berdiri di atas ruang hampa, namun kokoh berdiri di atas
landasan keimanan.

Motivasi yang sudah dimiliki di awal
pernikahan bisa meluntur bahkan hilang di tengah perjalanannya. Ini
karena tidak dijaga dan dirawat dengan baik. Maka suami dan isteri harus
merawat dengan menguatkan motivasi ibadah, agar mereka selalu
terbingkai dalam orientasi hidup yang lurus.
Jika suatu ketika muncul konflik, hadirkan
kembali motivasi ibadah ini di tengah suami dan isteri. Bagaimana anda
memperpanjang konflik, sedang motivasi berumah tangga yang anda bangun
adalah ibadah?

Ketiga, kuatkan visi keluarga, untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat
Sejak memproses sebuah pernikahan, anda harus
sudah memiliki visi keluarga yang jelas dan terang benderang. Visi akan
menjadi panduan arah kehidupan rumah tangga anda. Visi adalah
pernyataan luhur yang akan anda capai dalam kehidupan keluarga. Visi
menggambarkan “siapa jatidiri keluarga anda”.

Ketika keluarga anda memiliki visi untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, untuk mendapatkan surga dunia
dan surga akhirat, untuk mewujudkan sukses dunia dan sukses akhirat,
maka visi ini harus dikuatkan dan diinternalisasikan dalam sepanjang
perjalanan kehidupan keluarga.
Kelak ketika terjadi konflik, ingatlah bahwa
visi keluarga anda ingin mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat,
ingin memperoleh surga dunia dan akhirat. Ini akan meredam konflik dan
mampu menghindarkan potensi negatif konflik sehingga tidak merusak
keharmonisan keluarga.





Cahyadi Takariawan

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top