ADAKAH WAKTU TERTENTU UNTUK SALING MEMAAFKAN
??
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Menurut syariat Islam, ketika
seseorang merasa berbuat salah atau menzhalimi saudaranya maka SANGAT
DIANJURKAN UNTUK BERSEGERA MEMOHON MAAF.
Ketika ada yang meminta maaf segera maafkan. Jangan menunggu waktu atau momen
tertentu.
Kita mengetahui bahwa sebagian
orang orang meminta maaf dan memaafkan pada waktu atau momen tertentu. Seolah
olah itulah momen yang sangat tepat untuk saling meminta maaf dan memberi maaf.
Di negeri kita waktu yang masyhur untuk itu minimal ada tiga yaitu :
Pertama : Meminta maaf saat merayakan hari
lebaran ‘idul fitri.
Tidak ada nash atau dalil dalam syariat Islam,
yang mengharuskan kita bermaaf-maafan saat lebaran ‘idul fitri yaitu dengan mengucapkan
: Mohon maaf lahir batin. Terkadang didahului pula dengan ucapan : Minal ‘aidin
wal faaizin.
Lalu bagaimana dengan para sahabat. Al Hafidh Ibnu Hajar menyebutkan bahwa dari Jubair bin Nufair, dengan isnad
yang hasan ia berkata : Para sahabat Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata
sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minkum,
semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu. (Fathul Bari).
Ibnu Qudamah menyebutkan bahwa Muhammad
bin Ziyad berkata : Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari
kalangan sahabat Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam, mereka bila kembali
dari Shalat ‘Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain: Taqabbalallahu
minnaa wa minka. (Al Mughni).
Kedua : Meminta maaf menjelang Ramadhan.
Sebagian orang di negeri kita
mungkin kebiasaan meminta maaf menjelang Ramadhan menyandarkan kepada hadits
(?) ini : Ketika Rasullullah sedang
berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin
sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan
Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat
bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai
shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau
menjelaskan : Ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan
berbisik, hai Rasullullah Amin-kan doa ku ini.
Doa Malaikat Jibril itu
adalah: Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki
bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut :
(1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya. (2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara
suami istri. (3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Dalam menyampaikan ungkapan diatas
yang disebut sebagai hadits (?) ternyata tak disebut atau ditulis siapa ahli
hadits yang meriwayatkannya dan tidak ada dalam kitab kitab hadits.
Memang ada sebagian orang yang
mengatakan bahwa hadits (?) ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Imam Ahmad
tetapi dengan redaksi berikut ini :
عن أبي هريرة أن رسول
الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله
ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان
فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم
يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت
: آمين
Dari Abu Hurairah: Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda : Amin, Amin, Amin. Para
sahabat bertanya : Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah ?. Kemudian
beliau bersabda : Baru saja Jibril berkata kepadaku : Allah melaknat seorang
hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, maka kukatakan : Amin,
kemudian Jibril berkata lagi, Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui
kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena
tida mau berbakti kepada mereka berdua), maka aku berkata : Amin. Kemudian
Jibril berkata lagi : Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat
ketika disebut namamu, maka kukatakan : Amin.
Dengan demikian sangatlah jelas
bahwa tidak ada kewajiban dan tak perlu dibiasakan untuk bermaaf maafan
menjelang bulan Ramadhan meskipun banyak orang orang yang melakukannya.
Ketiga : Bermaaf maafan di hari Arafah.
Ada beredar di media sosial mengatas namakan
Imam Muhammad al Baqir yang menganjurkan saling memaafkan di Hari Arafah. Lalu
dikutip hadits (?) Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam yang menganjurkan hal itu, dengan alasan amal
manusia diangkat saat Hari Arafah yang menyebutkan :
“Amal manusia diangkat di hari Arafah, kecuali
orang yang sedang bermusuhan, atau dalam redaksi lain : Hari Arafah adalah hari
diangkatnya amal kepada Allah, kecuali orang-orang yang bermusuhan”.
Itu itu bukan hadits. Kalimat seperti itu tidak
ada dalam kitab-kitab hadits. Oleh
karena itu abaikan saja. Jangan diamalkan karena tak ada sandarannya.
Kesimpulannya adalah bahwa meminta maaf dan
memberi maaf adalah perbuatan yang sangat dianjurkan. Tetapi tidak perlu
dikaitkan dengan momen tertentu. Kapan pun kita merasa bersalah bersegeralah
memohon maaf. Dan kapan pun ada yang meminta dimaafkan segera beri maaf. Itu
termasuk sikap terpuji orang orang beriman. Insya Allah bermanfaat bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (2.380).

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.