


Menurut pendapat kami itu adalah potret khayalan, bukan benar – benar. Dasar pendapat ini adalah:-
1) Imam Ghazali meninggal dunia tahun 505H, bersamaan dengan tahun 1111M. Sekarang tahun 1980M (yakni tahun KH Sirajuddin menulis jawapan ini), jadi Imam Ghazali sudah meninggal dunia 869 tahun yang lalu. Pada zaman itu, potret Imam Ghazali belum ada, dan belum dikenal. Sejarah potret itu baru dimulai pada tahun 1802, baru 178 tahun, ketika seorang sarjana Inggeris bernama Thomas Wedgwoog berhasil membuat copy photografi dari lukisan pada kaca (glass). 22 tahun sesudah itu barulah sarjana-sarjana Perancis, Niepce dan Daguerre, berhasil membuat potret sebagai keadaan sekarang. Jadi pemotretan itu baru dikenal di dunia 691 tahun sesudah meninggalnya Imam Ghazali. (Baca Encyclopedia “The New Faunk and Wagnalls“, jilid 2, halaman 9561). Maka teranglah dan masuk akal kalau dikatakan bahawa potret muka Imam Ghazali itu bukanlah berasal dari potret benar-benar.
2) Apakah tidak mungkin potret itu berasal dari lukisan? Umpamanya Imam Ghazali pada masa hidupnya membiarkan dirinya dilukis oleh pelukis di atas kertas atau di atas kain. Lukisan itu tersimpan di sesuatu tempat yang dipelihara. Kemudian tahun – tahun terakhir, lukisan itu didapatkan oleh pencinta beliau, lalu dipotret sebagai yang terlihat dalam potret itu? Ini juga tidak mungkin, kerana pada zaman Nabi dan tahun – tahun sesudah Nabi, walaupun sudah ada seni lukis, tetapi yang dilukis itu hanyalah gambar-gambar benda yang tidak bernyawa, seumpama kayu – kayuan, gunung – gunung, sungai – sungai, lautan dan lain – lain. Melukis haiwan yang bernyawa dilarang keras oleh Nabi Muhammad s.a.w. Imam Ghazali sebagai seorang Ulama besar, Ahli tasauf yang tinggi, tidak mungkin membiarkan dirinya menjadi objek dari pekerjaan yang terlarang dalam agama. Di dalam kitab Hadis Bukhari terdapat hadis sebagaimana di bawah ini (ese nukilkan terjemahannya sahaja):- “Berkata Sa`ad bin Abil Hasan: “Pada suatu hari saya bersama Ibnu `Abbas. Tiba-tiba datang seorang laki-laki bertanya: ” Wahai Ibnu `Abbas, bahawasanya saya seorang yang hidup dari pencarian tangan, saya membuat lukisan – lukisan ini.” Maka Ibnu `Abbas menjawab:”Mahukah engkau mendengar dari apa yang saya dengar dari Rasulullah s.a.w., saya dengar beliau berkata: “Barangsiapa yang membuat gambar, maka Allah akan menyiksanya, disuruh tiupkan roh pada gambar itu, padahal ia tidak bisa meniupkan roh itu selama-lamanya.” Maka laki-laki yang bertanya itu menjadi gementar, pucat mukanya. Lalu Ibnu `Abbas menyambung perbicaraannya: “Kalau kamu mahu menggambar (yakni melukis) juga, maka buatlah gambar kayu-kayan dan sekalian benda yang tidak bernyawa.” (H.S. Riwayat Bukhari – lihat Fathul Bari syarah Bukhari, Juz V, halaman 321.) ………………..
3) Dalam buku terjemahan “Ihya Ulumuddin“, karangan Maisir Thaib cs. terbitan Syanza Bukittinggi, 1976, diterangkan di bawah potret kepada Imam Ghazali itu sebagai berikut: “Abu Hamid Al-Ghazali menurut lukisan khayal dari pelukis dan pujangga Arab, Jibran Khalil Jibran.” Teranglah bahawa itu adalah potret khayal, image, bukan benar-benar. Kalau benar ini buatan Jibran Khalil Jibran, dapat kami tambahkan, bahawa potret ini adalah potret khayal dari seorang pelukis Libnan beragama Kristian, bernama Jibran Khalil Jibran, lahir di Libnanntahun 1883 dan meninggal dunia di Amerika tahun 1931. (Lihat Mausu`atul Arabiyah, hal. 611).

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.