MUSABAQAH AL IMAM IBNUL JAZARI KE-3
Tiada Mata Tak Hilang Cahaya
Tangis haru pecah seketika malam itu ketika mendengar nama Zakariya Qeis diputuskan sebagai juara 1 di Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 (15-17/11) untuk Marhalah Jami’ah. Tangisan haru bercampur bahagia yang tak terkira dari keluarga Zakariya Qeis.
“Senang dan haru. Benar-benar nggak nyangka,” ujar Dedi Qois, ayahanda Zakariya Qeis.
Dedi Qois sendiri sebenarnya tidak berani berharap anaknya bisa juara. Kondisi anak sulungnya yang berusia 22 tahun itu kurang fit. Sedikit flu ketika mengikuti MTQ yang berlangsung di Ma’had Al Faruq As Salafy Kalibagor Banyumas itu.
“Alhamdulillah support dan doa teman-teman menguatkan dia bisa ikutan,” katanya.
Dedi Qois menuturkan, sebenarnya Zakariya Qeis yang hafidz di usia 10 tahun itu enggan ikut berpartisipasi di Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3. Kata dia, masih ada kakak kelasnya yang lebih bagus darinya.
Biidznillah, Abu Fahmi Kohir –pengurus Ma’had Al Faruq As Salafy Kalibagor– berhasil memotivasi santrinya itu untuk ikutan. Menghasung Zakariya Qeis turut berpartisipasi untuk meramaikan acara.
Makanya Dedi Qois tidak menyangka anaknya jadi juara 1. Tampilnya Zakariya Qeis sebagai peserta MTQ Marhalah Jami’ah sudah sangat membanggakannya sebagai orang tua. Pun seandainya Zakariya Qeis tidak menjadi juara sekali pun.
“Dia selamanya juara bagiku. Karena aku belum bisa memberikan yang terbaik padanya kecuali menjadikan dia penghafal al Quran,” tutur Dedi Qois.
Benar. Enam puluh santri peserta MTQ Marhalah Aliyah dan 13 santri peserta Marhalah Jami’ah adalah juara di mata orang tua mereka.
Anak-anak itu sudah jadi juara sebelum berlomba. Tidak semua anak-anak seusia mereka sanggup menghafal 30 juz al Quran. Mereka para peserta itu juara di antara teman-teman seusianya. Membanggakan.
Bangga juga dirasakan oleh Johar Arifin. Beliau adalah ayahanda Ramadhan Najib peserta Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 untuk Marhalah Aliyah. Peserta nomor 48 yang berasal dari Ma’had Ar Risalah Jombang itu berhasil lolos ke babak final.
“MasyaAllah, bangga pol dan terharu. Kami tidak pernah menyangka akan bisa masuk babak final,” kata Johar Arifin.
Siapa yang tidak bangga? Qodarullah wa maa syafa’a fa’al. Ananda Ramadhan Najib lahir dalam kondisi tidak bisa melihat. Tuna netra. Meski demikian sejak usia 15 tahun dia sudah hafidz. Hafal 30 juz dari al Quran.
Semua atas kehendak Allah ‘azza wa jalla, kemudian kegigihan dan kesabaran Johar Arifin untuk mengajari anaknya bisa membaca al Quran braille (khusus untuk tuna netra). Sejak Ramadhan Najib berusia 10 tahun, Johar Arifin mulai mengajarinya membaca al Quran braille.
Dalam sehari waktu untuk belajar membaca al Quran braille bisa hingga 8 jam. Waktunya tidak tertentu. “Suka-suka dia. Setiap bangun dia belajar al Quran braille,” kenang Johar Arifin.
Johar Arifin sendirilah yang memotivasi anaknya yang berusia 18 tahun itu untuk ikutan berlomba di Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3. Johar Arifin punya beberapa alasan mengapa mendorong anaknya berangkat ke Kalibagor.
“Agar bisa dijadikan ibrah bagi santri agar senantiasa semangat dalam belajar dan menghafal al Quran. Memotivasi para orang tua yang memiliki anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) agar jangan berkecil hati. Terus berupaya menggali kemampuan anak dengan segala keterbatasannya. Memperkenalkan adanya pondok ahlussunnah yang mengajari santri berkebutuhan khusus meski masih khusus anak buta,” papar Johar Arifin yang mempunyai semboyan untuk Ramadhan Najib: “Tiada Mata Tak Hilang Cahaya”.
“Campur aduk. Bahagia, deg-degan, grogi, dan seperti mimpi,” lanjut Johar Arifin ketika melihat Ramadhan Najib tampil di MTQ di Kalibagor.
Setiap orang tua pastinya punya impian anaknya bisa hafidz seperti Ramadhan Najib. Biidznillah, Johar Arifin sudah bisa mewujudkan impian itu. Johar Arifin adalah sang juara di antara para orang tua lain yang sedang mewujudkan impian itu.
Bisa dibilang Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 untuk Marhalah Aliyah dan Jami’ah di Ma’had Al Faruq As Salafy Kalibagor itu perlombaan para juara. Bahkan MTQ itu sendiri pantas juga disebut juara. Juara dari sebuah acara yang menarik untuk disimak.
Pada malam babak final Marhalah Jami’ah tercatat 3287 jumlah akun yang mengikuti siaran live di beberapa radio digital di aplikasi RII. Itu artinya lebih dari 3287 pendengar. Diasumsikan 1 akun yang menyimak RII bisa didengarkan lebih dari 1 orang. Seperti yang dilakukan oleh keluarga sang juara Zakariya Qeis, 1 HP didengarkan oleh 6 orang (ayah, ibu dan 4 adiknya).
Itu belum termasuk jumlah yang ikut mendengarkan live streaming di channel resmi Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari di Telegram. Tercatat ada 311 listener di babak final malam itu.
Boleh dibilang, mereka semua yang ada di Kalibagor di akhir pekan lalu itu adalah para juara.
(Abu Zakariyya Thobroni, Senin 16 Jumadilawal 1446H/18 November 2024)
https://t.me/geraifathimah
==================
MUSABAQAH AL IMAM IBNUL JAZARI KE-3
Lebih dari 7800 Pendengar
Live streaming babak final Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 untuk Marhalah Aliyah dan Jami’ah di Ahad (17/11) disimak 3598 pendengar. Jumlah tersebut gabungan dari pendengar 5 radio digital di aplikasi RII (Radio Islam Indonesia) dan chanel resmi Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari di Telegram.
Hajatan di Ma’had Al Faruq As Salafy Kalibagor Banyumas itu berlangsung selama 3 hari (15-17/11). Musabaqah tersebut untuk Marhalah Aliyah dan Jami’ah. Dua marhalah lainnya –Ibtidaiyyah dan Mutawassithah– sudah dilaksanakan di 2 ma’had berbeda sebelumnya.
Mungkin ada yang bertanya, berapa jumlah pendengar live streaming Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 selama 3 hari hajatan?
Jawabannya: lebih dari 7800. Itu berdasarkan jumlah terbanyak dari akun (HP) yang tersambung dengan RII di 3 hari acara tersebut.
Pada hari Jumat (15/11) di sesi penyisihan Marhalah Aliyah didengarkan 1883 akun. Hari Sabtu (16/11) melanjutkan sesi penyisihan Marhalah Aliyah disimak 2353 akun. Hari Ahad (17/11) –babak penyisihan dan final Marhalah Aliyah dan Jami’ah– diikuti 3598 akun.
Jadi, total jumlah akun (HP) yang menyimak live streaming selama 3 hari adalah 7834. Jumlah tersebut memang bukan jumlah pendengar yang berbeda, karena bisa jadi sebuah akun (HP) menyimak terus di 3 hari. Kemungkinan besar beberapa di antara mereka itu orangnya sama.
Namun beda untuk jumlah 3598 akun yang tersambung dengan RII dan channel Telegram di babak final. Bisa dipastikan jumlah pendengarnya lebih dari 3598 orang. Di Masjid An Nur –tempat berlangsungnya MTQ– paling tidak ada 500-an orang yang hadir mendengarkannya secara langsung.
Apalagi di babak final, lumrah 1 akun (HP) didengar lebih dari 1 orang. Anggota keluarga besar finalis tentunya menyimak barengan. Seperti keluarga sang juara 1 Marhalah Jami’ah –atas nama Zakariya Qeis–, 1 HP didengarkan oleh 6 orang (ayah, ibu dan 4 adiknya).
Ma’had asal finalis biasanya malah bikin acara dengar bareng (debar). “Rata-rata ma’had yang mengirim perwakilannya dan masuk final, biasanya ada acara dengar bareng. Seperti tahun lalu di Ma’had as Sunnah Batu, 2 perwakilannya masuk final,” tutur Helmi Effendi, pegiat dakwah di Semarang.
Seperti debar yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Atsar Temanggung. Para santri menyimak live streaming Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 di masjid ponpes. Santri ponpes tersebut ada yang lolos babak final dan tampil sebagai juara 1 Marhalah Aliyah atas nama Muhammad Farel.
Pun begitu yang dilakukan Ma’had Ta’dhimus Sunnah Wonosobo. Mereka gelar debar live streaming di masjid ma’had hingga pukul 24.00. Salah satu finalis Marhalah Aliyah –atas nama Al Mutsanna– merupakan santri Ta’dhimus Sunnah Wonosobo. Al Mutsanna berhasil meraih predikat juara 2.
Mendengarkan live streaming babak final Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 memang mendebarkan. Para finalis benar-benar pilihan sehingga kompetisi sangat ketat. Hafalan dan bacaan mereka bagus-bagus.
Hadiah umroh bagi juara 1 dan 2 –Marhalah Aliyah dan Jami’ah– memicu para finalis menampilkan performa terbaiknya. Khusus untuk juara 1 dan 2 Marhalah Jami’ah, diupayakan bisa tinggal selama setahun di Madinah sehingga bisa bermajelis ilmu di hadapan masyaikh.
Untuk itu jika ada yang pengin berta’awun hendak ikut mensukseskan proses pemberangkatan umroh para juara tersebut, silakan hubungi Abu Fahmi Kohir di nomor 0852-9367-0339. Beliau adalah Ketua Panitia Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3.
(Abu Zakariyya Thobroni, Rabu 18 Jumadilawal 1446H/20 November 2024)
https://t.me/geraifathimah
, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.