Santri

Tadabur Alam Santri HAQIN ke Tangkuban Perahu

Kebersamaan Santri Ikhwan HAQIN di Tangkuban Perahu
bersamaislam.com – Semua orang pasti pernah mendengar istilah “Tadabur Alam”. Lalu, apa yang dimaksud dengan Tadabur Alam? Tadabur Alam merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mengenal dan merenungi ciptaan (lingkungan alam) yang diciptakan Sang Pencipta, Allah Subhanahu Wata’ala. Nah pada hari Ahad tanggal 23 Oktober 2022, santri Hafizh Qur’an Indonesia mengadakan tadabur alam ke Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu merupakan wisata alam gunung yang terletak di Lembang, Bandung, Jawa Barat. Tangkuban Perahu merupakan salah satu destinasi wisata alam yang mengandung kisah misteri. Konon, Gunung Tangkuban Perahu awalnya merupakan sebuah perahu yang ditendang oleh Sangkuriang ketika marah karena cintanya ditolak oleh Dayang Sumbi. 
Sebelum perjalanan dimulai, santri HAQIN berkumpul dirumah ustadz. Sebelum keberangkatan, santri berkumpul untuk doa bersama dan pengarahan dari ustadz. Perjalanan pun dimulai. Santri ikhwan menggunakan sepeda motor, sedangkan santri akhwat menggunakan mobil angkot. Perjalanan dibimbing oleh Ustadz Razas Muhammad Saleh Ginting dengan menggunakan mobil. Perjalanan dimulai dari rumah ustadz, melewati jalan Cikutra. Santri ikhwan melalui jalan Punclut 88. Jarak yang ditempuh sejauh 34 km.
Pemberangkatan didahului oleh santri ikhwan menggunakan sepeda motor, diiringi santri akhwat dibelakang dengan rute yang berbeda. Kebersamaan tampak pada santri ikhwan ketika menunggu temannya yang tak terlihat dijalan, sampai bertemu dan melanjutkan perjalanan kembali. Berbagai pemandangan Kota Bandung tampak disertai suasananya disekeliling jalan. Perjalanan ditempuh lebih kurang selama satu setengah jam. Rute jalan yang menanjak, dan menurun yang menggambarkan rute perjalanan di Bandung sebagai kota yang masih dikelilingi oleh pegunungan.
Santri Haqin tiba di Wisata Alam Tangkuban Perahu pada pukul 09.30 WIB, santri ikhwan tiba ditempat tujuan lebih awal. Pembayaran tiket pun dilakukan, kemudian santri Haqin berangkat menuju Kawah Domas sebagai tujuan pertama ke Tangkuban Perahu. Di tengah jalan santri diselimuti oleh suasana sejuk dan dingin seperti halnya pegunungan. Sampailah di depan area parkir Kawah Domas, santri mempersiapkan diri untuk menuju ke Kawah Domas. Perjalanan ditempuh sepanjang 1,3 km dengan jalan kaki ke Kawah Domas.
Tak terasa jarak sejauh 1,3 km akhirnya sampai ke kawah Domas dengan kondisi jalan yang licin. Sesampainya disana, santri mulai masuk ke area Kawah Domas. Ada yang berendam kaki, menaiki tanah bebatuan, melihat-lihat alam sekitar, dan foto bersama.
“Temen-temen, kita rebus telur yuk ! Tinggal rendam disini saja”, ujar Faridh Syahbani (19), santri ikhwan Haqin asal Jambi.
“Yuk naik keatas, sambil lihat-lihat sekitar dan foto, hehehe”, ucap Bayu (23), santri ikhwan Haqin asal Sinjai, Sulawesi Selatan.
Tak lama kemudian, area Kawah Domas hujan. Santri memutuskan untuk berteduh di sebuah warung dekat area kawah. Karena lapar, beberapa santri memutuskan untuk makan diwarung tersebut. Suasana sejuk disertai hujan membuat suasana menjadi ngantuk. Tak terasa pukul 11.43 WIB memasuki waktu Dzuhur. Ustadz memutuskan untuk kembali ke area parkir dan sholat Dzuhur di area Kawah Ratu.
Ustadz dan para santri berangkat dari Kawah Domas menuju Kawah Ratu. Perjalanan ditempuh sejauh lebih kurang 2 km. Rute jalan Tangkuban Perahu yang menanjak dan berkelok-kelok, serta cuaca yang dingin sangat menggambarkan alam yang masih asri.
Sampailah santri memasuki pintu gerbang Kawah Ratu. Mereka segera mencari area parkir dan ke masjid untuk melaksanakan sholat Dzuhur. Setelah itu ustadz dan para santri makan siang sekitar pukul 13.22 WIB. Usai makan siang, santri melanjutkan kegiatannya berkeliling sekitar area Kawah Ratu. Sekedar jalan kaki dan melihat alam sekitar, foto-foto, ada yang membeli buah Strawberry, makanan, pernak-pernik seperti gelang & tasbih dari batu, gantungan kunci, bahkan ada yang membeli baju. 
Santri tidak bisa memasuki Kawah Ratu karena dibatasi dengan pagar kayu dan jalan setapak yang mengelilinginya. Santri hanya bisa melihat Kawah Ratu dari jalan setapak saja. Cuaca dingin dan angin yang  sejuk menyelimuti suasana disekitar Kawah Ratu. Untungnya, ustadz menghimbau para santri untuk mengenakan jaket sebelum berangkat. 
“Wuiihh, gede banget udaranya. Dingin lagi. Telingaku jadi sakit, kenapa ya ?”, ujar Arif (18), santri Haqin asal Makassar.
“Disini (Kawah Ratu) ada buaya gak ya ?”, canda Bayu.
“Banyak banget pedagangnya, nawarinnya maksa lagi, hehe”, tambah Arif.
Setelah itu ustadz dan para santri melaksanakan sholat Ashar di masjid kawasan Kawah Ratu. Usai sholat Ashar, santri menyempatkan foto dibeberapa spot Kawah Ratu. Waktu telah sore. Kemudian, ustadz sempat memborong pedagang makanan yang masih tersisa di area dekat masjid. Para santri memilih makanan yang mereka inginkan, seperti Bakso, Sosis Bakar, Jagung Bakar, Siomay, dan minuman lainnya. Sebelum pulang, ustadz dan para santri menyempatkan foto bersama sebagai kenang-kenangan di Tangkuban Perahu. Kemudian, santri melanjutkan pulang menuju asrama masing-masing.

, Terimakasih telah mengunjungi Keimanan.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top